Rully Shabara

Narasumber: Rully Shabara
Waktu Wawancara:
16 Desember 2022
Lokasi: Kediaman pribadi Rully Shabara, Yogyakarta
Tautan Karya Terkait:

Rully Shabara

Kalau aku tuh sebenernya seniman suara kan dan selama ini fokusku sangat bertolak belakang dengan semacam teknologi apalagi internet. Cuman beberapa tahun terakhir aku memang sedang explore. Aku tuh kan kalau berkarya suka punya map gitu yah, pokoknya ada map-nya gitu tapi jangka panjang gitu tahunan 10 tahun gitu kadang lebih. Aku coba metain.

Nah, belakangan aku nemu satu celah yang hanya aku kembangin yaitu ekstensi praktikum ke dalam teknologi. Baru dalam beberapa tahun terakhir ini jadi, sifatnya masih working progress. Kaitannya sama AI.

Hoppla

Udah berapa lama?

Rully Shabara

Ya, semenjak awal-awal sebelum pandemi lah, mulai tertarik. Mulainya karena eksplorasiku tuh lebih eksplorasi suara itu ada yang kaitannya dengan spirituality. Nah gak nyangka mana spirituality atau teknologi, tapi kalau aku petakan sangat jelas kalau eksplorasi suara terdiri dari tiga: tubuh (body), mind, spiritual (spirit). Contohnya, Senyawa kan explore gitu. Nah, semakin dalamnya eksplorasi itu nemu ternyata ada contohnya proyek yang aku mulai awal pertama kali bikin proyek namanya Dawn of the Dajjal. Dajjal itu kan mitologi dalam agama Abrahamik Antichrist gitu kalau di di Kristen. Bahwa suatu saat akan ada muncul Antichrist, penandaan akhir zaman yang dilambangkan dengan sangat pintar, terus sangat bisa memanipulasi manusia benar dan salah. Jadi kabur dan semuanya punya ciri satu yaitu matanya. Katanya gitu, iya gak sih Dajjal tuh matanya satu gitu?

Ada yang bilang Donald Trump lah apalah, mungkin itu sudah ada yaitu teknologi jadi aku mulai masuknya gara-gara itu. Jadi, mungkin perlu dieksplorasi, maksudnya teknologi itu ternyata sudah diramalkan kalau untuk disangkutpautkan sama sifatnya, yang sifatnya spiritual. Ternyata memang juga ada kaitannya gitu bahwa teknologi memang sudah diramalkan akan menjadi trajectory peradaban ke sana dan selama sejarah juga selalu seperti itu. Teknologi yang memicu munculnya progres, tapi di satu sisi mempercepat menuju kehancuran di setiap era semua dipicu oleh teknologi, termasuk teknologi yang sekarang dari handphone matanya satu, kameranya. [Kemudian] komputer sampai sekarang AI.

Jadi, mungkin di situ korelasi yang bisa jadi gerbangku untuk masuk, untuk eksplorasi. Bahwa ternyata bisa gitu ya praktiknya vokal suara. Nah kemudian aku kembangin dari sini proyek yang namanya…aku tuh punya proyek yang sudah lama terus berkembang yang namanya Raung Jagat System Choir yang mana aku ngelatih manusia; orang daftar peserta terus aku ajarin bagaimana cara mengolah suaranya. Kemudian, gimana kalau itu diterapkan ke chat bot? Chat bot kan punya suara sendiri masing-masing. Chat bot customer service, chat botnya Siri. Mereka punya suara meskipun suaranya direkam dari orang tapi dia punya kosakata, bunyi dan itu semuanya bisa kita buat dengan sistem Raung Jagat.

Jadi mereka bisa [Rully memutar contoh suara]. Ibaratnya suara yang dipakai untuk customer service itu kan punya bunyi kan berarti dia bisa teriak, bisa bergumam, bisa apa gitu intinya seperti itu [Rully memutar contoh suara]. Dan ini satu album dengan berbagai macam suara dalam artian bukan manusia gitu (Rully memutar contoh suara). Kurang lebih seperti itu. Kalau dari misalnya chat bot dari Korea suaranya akan berbeda juga, dia punya logat tertentu itu bisa diolah menjadi yang berbeda, atau dari Jepang, dari Prancis itu beda semua ternyata [Rully memutar contoh suara].

Jadi, eksplorasinya lebih ke situ. Aku lebih ke menggunakan suara dan bahasa, bahasa sebagai sumbernya jadi teknologi internet gitu, ini kan pake internet kan, enggak bukan ininya, cuma tools-nya kalau aku jadi bukan itu karyanya, jadi hanya tools untuk eksplorasi yang aku pingin itu eksplorasi suara dan bahasa, sebenernya itu fokusnya.

Hoppla

Bagaimana prosesnya?

Rully Shabara

Prosesnya ada ya generatif, aku menggunakan chat bot itu suaranya gitu terus aku gabungkan dengan sistem Raung Jagat-ku, Raung Jagat-ku kan sistem komposisi sebenernya tuh sistem komposisi yang menggunakan simbol tertentu. Jadi begitu dia kenal simbol ini, misalnya simbol ini repeat maka dia akan mengulang, ketemu simbol ini dia akan membentuk suara yang chaos atau random. Jadi tinggal membuat komposisinya dengan sistem Raung Jagat, terus diterapkan di chat bot jadi lebih seperti itu. Kemudian contohnya aku terapkan lagi di suaraku sendiri ini sample tapi, jadi sample aku gak perlu nyanyi tapi dia [Rully memutar contoh suara] suara ini gak nyanyi ini suaraku.

Hoppla

Berarti ini full generated ya?

Rully Shabara

Aku gak mungkin bisa menyanyikan ini live karena aku gak sanggup, makanya aku namakan Impossible Rhythms karena mustahil dari nafas gak putus, terus rimanya yang sangat susah dihafal, ganjilnya minta ampun gitu. Makanya, dengan teknologi bisa gitu dan manusia gak sanggup, secara aku manusia aku gak sanggup, meskipun itu suaraku tapi kalau suaraku transcend, bahasa Indonesianya diubah menjadi data.

Dia bisa menjalankan apa aja ketika kita menjadi data, nah itu tahapan selanjutnya yang aku bilang ekstensi tadi. Eksplorasinya sudah dengan tubuh itu harus diperpanjang menjadi data ternyata kalau ingin menjadi mencapai sesuatu yang tidak mungkin harus menjadi data dulu kita. Aku merekam semua jenis suaraku lagi bertahap juga, karena banyak sekali prosesnya akan panjang. [Rully memutar contoh suara]. Ada semua. Nah ini yang aku makanin ke mereka kan generate dan bisa nonstop online gitu, jadi kalau aku mau live di YouTube 24 jam 48 jam nyanyi terus dia.

Hoppla

Chat bot-nya itu online atau emang ada software-nya khusus?

Rully Shabara

Kalau sekarang web, semuanya berbasis web. Sekarang sifatnya web dari situ banyak banget.

Nah begitu aku sudah menjadi data ini tahap pertamanya aku jadikan data suaraku, dia kemudian bisa kemana-kemana gitu. Contohnya, kalau pada mainan coding gitu, ya pake p5.js. Pokoknya asik banget ini semua lagi eksplorasi jadi semuanya masih working progress karena aku baru mau explore ini, tapi bisa kebayang dengan melihat misalnya dari suara yang tadi ya dan hanya menggunakan tiga jenis sample. Ini masih prototype [Rully memutar contoh suara]. Ini [suara] kan instrumennya, jadi ibaratnya kalau aku jadi dan aku lepas gitu dikasih internet orang bisa mainin dan bisa menjadi instrumen.

Aku namain Drone Machine. Nah itu hanya pake tiga jenis suara yah bagaimana kalau dengan segala macam sample itu orang bisa macam-macam dong bisa main bikin musik dengan bunyi yang bukan bronchial lung, musik elektronik Drone Machine bunyinya begitu kan? Kalau suara manusia gak ada duanya bunyinya akan unik banget. Itu makanya kemudian penting banget aku bilang ini dijadikan data suaraku. Kemudian bisa macam-macam, contohnya apa lagi ya [Rully memutar contoh suara]. Semua masih prototype semua ya.

Ditahan terus ditekan ini random nonstop jadi musik terus dengan sample yang tadi. Ini belum selesai banget karena bisa berubah tempo dan ini belum sampai kesana. Jadi, orang tinggal geser berubah temponya itu bisa juga nanti, terus ada [Rully memutar contoh suara]. Ini bisa gambar. Nah, ini kan bunyi gede in random juga dan ini cuma gambar, cuma contoh aja gambarnya ibaratnya kalau dia bisa gambar. Lo bisa nyiptain visualnya kalau dia bisa begitu lo bisa bikin sesuai sendiri ntar. Bisa jadi bentuknya terserah sesuai visual senimannya. Intinya sistemnya jadi aja dan macam-macam tak terbatas, kemungkinannya tak terbatas. Dan ini masih sederhana yah karena aku baru mulai.

Prinsipnya berangkat tetep dari aku, jadi suaraku. Maksudnya, kemudian tuh kalau sudah menjadi data suara kan sudah punya keunikan sendiri dan pakainya enak gitu. Dia akan menjadi sumber bunyi musik elektronik yang berbeda karena musik elektronik bunyinya ya gitu, orang tahu mesin. Dia vokal karena bunyinya sama meskipun canggih mainnya, bunyi lo dan sumber bunyinya sama. Bedanya diaransemen lo doang sama bagaimana lo mau durasi.

Kalau sumber bunyinya suaraku gak ada duanya kan dan kalau lo mainin, lebih tambah oke lagi dong karena dia punya timbre, punya tekstur yang berbeda banget gitu. Nah menurutku itu musik elektronik yang lebih bagus harusnya, karena sumber bunyinya adalah organik itu menurutku. Jadi, itu yang aku explore sekarang dan menggunakan ini contohnya yang semuanya web-based. Kebetulan masih sifatnya prototype tapi bisa bayangin ya peluangnya gitu, peluangnya luar biasa gitu.

Hoppla

Ini tujuannya apa pengen eksperimentasi medium aja?

Rully Shabara

Belum tahu, aku pokoknya bikin dulu, tinggal dikembangkan saja nanti kerjasama sama orang yang bisa bikin UX-nya lebih bagus. Mungkin bisa jadi instrumen musik yang web based gitu. Pengen mainnya masuk ke situ atau bisa jadi kaya software atau Ableton ya kan? atau apalah gitu atau software yang di-install terus lo mainin ntar lo bawa ke panggung mainin kan bisa juga.

Tapi aku belum sampai kesana, sekarang eksperimennya di sini. Bisa jadi data-dataku tadi. Sekarang aku juga lagi proses di Berlin, suaraku digunakan di sana untuk training AI jadi dia akan lebih gila lagi karena dia bukan cuma menyanyi seperti aku gitu tapi juga ngomong dan ngapain aja bisa dengan suaraku. Sekarang lagi di-training karena komputerku gak mungkin ya jadi di sana training-nya.

Hoppla

Tapi lo akan ketakutan gak ketika suara lu dipake gitu kan berarti kan dia bisa diduplikasi dan bisa dipake semuanya apalagi di-training untuk AI, jadinya yang lo miliki bukan hanya punya lo

Rully Shabara

Itu kalau persepsimu adalah seperti itu. Ada dua persepsi. Satu, itu persepsi yang menurutku menahan diri gitu karena kita selalu takut dengan hal baru. Kaya ntar begini, ntar gimana dong semua teknologi selalu seperti itu. Tapi persepsinya bisa dibalik juga, justru ini kita perlukan supaya kita maju ditahap selanjutnya. Itu eksistensinya kita gak tahu bisa jadi apa, dan kalau kita berani ke sana berarti kita akan menemukan sesuatu yang memang belum pernah kita gak tahu. Akan jadi apa karena ada teknologinya sekarang dia bisa ke sana.

Dan teknologi gak bisa dibendung mau apa meski lu gak suka dia gak bisa dibendung, begitu sudah ditemukan itu bisa dilakukan itu gak mungkin mundur, dia akan maju dia akan terus maju. Gak bisa dibendung teknologi tu, jadi itu aja persepsinya kita kalau mau melawan arus yang begitu gak mungkin bisa satu. Kedua, kalau pun kita hanya diam atau menentang berarti kita tidak terlibat di situ kan, itu lebih buruk karena apalagi tahap-tahap awal seperti ini. Tahap-tahap awal semua orang sedang kalkulasi, AI contohnya, ini bisa dibilang lumayan lebih dulu lah dibanding dari temen-teman sekitarku karena kalau terlambat kita hanya bisa menikmati produk-produk yang sudah jadi yang dibikin oleh korporasi.

Kalau kita tidak terlibat dari awal kita tidak tahu karena semua orang pasti akan diambil oleh korporasi dan mereka akan membuat produk otomatis yang untuk massal dan kalau sudah seperti itu akhirnya akan muncul seperti Spotify kita udah gak bisa ngapa-ngapain. Dulu 10 tahun yang lalu belum jadi apa-apa lo diem aja ya kan? Lo gak peduli bahwa akan ada peluang platform streaming, lo gak kepikiran kan? Dia udah kepikiran akhirnya sudah jadi baru protes sekarang, telat!

Harusnya dari awal kita melibatkan diri, paling nggak, tahu gitu ini akan jadi apa sih. Jadi paling gak kita bikin strategi buat kita gitu yang bakal kita pakai yang cocok buat kita seperti apa. Jadi kalau aku sih pemanfaatan teknologi harusnya sebagai seniman di situ, karena mau dilawan juga gak mungkin, dana gak ada, manpower gak ada. Tapi kita, paling gak gue, bisa pake apa, buat gue nih apa. Jadi ada secara pengkaryaan tanggung jawab moralnya itu karyanya. Itu berangkat dari sesuatu yang memang dia pengen gitu bukan cuma make produk yang sudah dibikin korporasi menurutku sih itu. Jadi, gak bisa diem juga. Apalagi AI lo gak ikut training gak ikut melatih AI-nya tahu-tahu sudah jadi salah siapa ya kan? Waktu awal-awal datanya sedang dibuka orang-orang untuk bisa masukan lo diam aja, sekarang udah rame baru lo protes. Karena sudah diinvestasi orang pasti sudah banyak banget udah pasti dikooptasi semua gitu.

Hoppla

Selain lo ada lagi gak di Indonesia?

Rully Shabara

Aku gak tahu yah, aku gak ngulik-ngulik banget aku juga gak berani declare kaya gitu, karena aku karyaku bukan tentang itu. Itu hanya salah satu bentuk eksperimennya aja. Kalau aku ada yang sudah siap bakal keluar bentar lagi film. Film kalau ini 100% gambarnya AI film dokumenter, sekarang sedang tahap audio dan subtitle-nya. Film sejarah, ini 100% gambarnya AI. [Rully memutar film]. Film berdurasi 50 menit. Kurang lebih filmnya begini, jadi ada ceritanya bukan film abstrak, bukan film art, tapi bener-bener film yang pake riset panjang terus kaitannya juga dengan sejarah, antropologi, bahkan teologi gitu.

Film beneran tapi gak semuanya gambarnya 100% karena aku gak ingin semua orang fokusnya ke situ makanya tema storytelling-nya harus kuat banget karena kebanyakan yang aku lihat. Film-film AI itu pendek-pendek dan abstrak, art banget gitu jadi orang mau-mau gak mau fokusnya ke teknologinya mereka membuat film yang canggih nih gue pake AI aku gak pengen kaya gitu makanya hanya fotonya ya gitu aja gak diedit-edit.

Hoppla

Berarti kan lo udah lumayan juga kaya dua tahun terakhir, tiga tahun terakhir menggeluti tentang AI. Akhirnya lo bisa membedakan gak sih antara yang organik diubah menjadi AI atau yang AI lagi dibikin buat AI lagi kaya yang tadi yang suara soft dari operator?

Rully Shabara

Bisa dong, AI canggih tapi gak secanggih itu kali

Hoppla

Tapi orang kan ada yang dari AI dibikin AI lagi sama dia. Kalau dari lo sendiri, bagaimana pendapat lo dan menariknya di mana?

Rully Shabara

Menurut gue pendekatan artistik sih, orang kan pendekatan artistiknya seperti apa, bebas toh sebenernya, aku sih gak, aku tahu yak banyak kontroversi tentang AI, aku merasa itu bukan perdebatan yang penting-penting banget soalnya. Apa sih yang didebatkan? Kalau AI pertama soal bahwa gambar lo mau dipake buat training AI gitu ya ibaratnya, terus mereka gak dapet hak gitu ya gak dapet royalti gitu ya, itu menurut gue keliru pandangannya. Ibaratnya lo bilang ke orang lo nemu vokalis baru nih, tapi dia gayanya kayak gue. Kalau gue pake logika yang sama, gue akan bilang ini gak boleh nih, dia pake gaya gue sama. Iya gak?

karena dia hanya terinspirasi oleh gayaku nyanyi yang sama tapi bukan laguku masa gak boleh? Berbeda dengan dia gambarnya sama terus gak dibilang itu punya siapa. Dia kan hanya meniru gayanya, AI di-training untuk meniru gayanya. Gayanya Picasso gitu, tapi beda mukanya gak pernah Picasso bikin karya kaya gitu. Dia cuma meniru gayanya, sama aja dong kaya penyanyi mana gitu kan bukan lagunya. tapi gayanya kok mirip yah? Tapi kan gayanya doang masa gak boleh? berarti akan men-stop banyak sekali kemungkinan baru kalau itu diterapkan

Hoppla

Dan lo kedepannya sendiri akan tetap dengan organik, baru akhirnya masuk digital atau lo coba main full ke ranah digital?

Rully Shabara

Lo harus paham mind map gue dulu [Rully menunjukkan mind-map]. Jadi yang paling pertama gue cuma suara. Semuanya tetap suara, suara itu ada tiga spirit, Senyawa contohnya. Untuk explore tema itu gue harus mempelajari tradisi, budaya, makanya senyawa itu kan arahnya. Terus selain spirit ada lagi mind, ini filosofi segala macem bahasa. Makanya gue harus bikin bahasa baru. Terus satu lagi body atau tubuh itu arahnya di sini dia. Karyanya beda, itu kenapa gue harus bikin proyek beda karena ini, karena ada fungsinya masing-masing.

Nah, setelah tiga ini dia ekstensi, diterapkan, dia diperpanjang. Ini adalah extension beda lagi. Ada tiga lagi, extension platform gue menyediakan wadah untuk bisa menerapkan semua yang gue pelajari di sini, salah satunya [Festival] Kombo, wadah untuk semua orang bisa berpartisipasi di situ apalagi prakarsa tempat gue release. Terus Human Connection koneksi dengan manusia makanya gue ciptakan Raung Jagat, sifatnya ngajarin orang tentang ini vokal gitu. Terus ada yang namanya teknologi, teknologi bagian kecil [Rully menunjukkan mind-map]. Ntar ada waktu gue garap ini lagi, ntar ada lagi gue garap ini. Tapi seumur hidup gue gak akan kehabisan ide, sebagai seniman gue gak akan kehabisan ide.

Hoppla

Tapi apakah lo akan mencoba dengan teknologi? Karena emang si mesin ini bagian dari Senyawa.

Rully Shabara

Nah harus ada eksplorasi bagian itu juga. Tapi itu cuma bagian kecil ya dan itu bukan cuma bagian kecil tapi cabang karena yang inti cuma tiga kok mind, spirit and body itu daong sebenarnya. Untuk mind spirit body itu manusia

Hoppla

Terus apa yang urgent dari AI terutama untuk praktik artistik ini [mind, spirit, body]?

Rully Shabara

Urgent gak urgent sih, cuman apa yah ibaratnya lo designer terus lo gak mempelajari Photoshop gitu aja. Misalnya, lo sebelum ada Photoshop ya lo main design lah jadi Illustrator atau apa terus muncul namanya teknologi Photoshop terus lo gak mau belajar itu?

Hoppla

Novelty.

Rully Shabara

Iya, jadi lo tidak akan ketinggalan lah karena lo gak belajar sebuah teknologi yang jelas-jelas dia akan sangat membantu bidang. Menutup diri lo sendiri itu jadinya.

Hoppla

Terus menurut lo apa itu novelty dalam teknologi?

Rully Shabara

Teknologi pada dasarnya, fungsi utamanya teknologi itu cuma satu adalah mempercepat waktu. Semua teknologi dari roda sampai AI semuanya fungsinya adalah mempercepat waktu.

Hoppla

Berarti fungsi ke depannya adalah efisiensi.

Rully Shabara

Semua teknologi fungsinya itu mempercepat waktu, kita membuat alat berburu tujuannya untuk mempercepat waktu, semuanya. Apalagi ini kan sekarang AI itu kecepatannya luar biasa, itu berarti akan memunculkan progress yang luar biasa cepat bagi manusia, tapi di satu sisi skema yang lebih besar itu yang aku bahas di film itu kan tentang teknologi itu akan membawa yang namanya ketidakseimbangan alam. Ketidakseimbangan alam akan membawa kehancuran otomatis jadi paradoks dia.

Hoppla

Tapi mungkin gak sih kalau nantinya bentuk yang dihasilkan akan menjadi universal?

Rully Shabara

Singularity maksudnya. Kalau secara teorinya arahnya AI ya singularity. Singularity dalam artian semuanya jadi satu. Bukan cuma seragam yah satu dia, tunggal. Singularity semuanya AI yang dipakai di dunia ini tuh bisa menjadi satu. Kalau bisa menjadi satu ya selesai semua permasalahan yang ada. Tapi di satu sisi itu akan menghilangkan humanity kan, manusia tidak diperlukan lagi.

Hoppla

Terus bagaimana menegosiasinya?

Rully Shabara

Menegosiasinya? Kita gak perlu berpikir sampai sejauh sana, karena itu tahapan yang selanjutnya adalah setelah AI adalah AGI [Artificial General Intelligent] itu aja masih jauh gitu aja. Mereka mencapai consciousness, itu aja belum. Nah itu harus ke situ dulu untuk mencapai singularity. Jadi ya gak usah berfikir sejauh itu menurutku karena sekarang ini aja kita boro2 mau mengeksplor itu, bingung menentukan bener apa enggaknya aja belum tahu kita, pake AI atau enggak yah kita masih jauh banget

Hoppla

Tapi gue tertarik dengan film lo. Arsitektur AI data trainingnya belum sampai dalam konteks Asia, ada beberapa error ketika lo masukin prompt yang berkaitan dengan Asia terutama Indonesia, gimana lo menyiasati error pada image yang dihasilkan?

Rully Shabara

Lo harus menciptakan prompt yang diciptakan oleh mereka sendiri. Jadi yang bikin prompt itu aku bisa, cuma untuk bisa lebih bagus lagi seperti yang aku inginkan aku menyuruh AI-nya untuk menciptakan prompt-nya. Ngakal-ngakalin aja namanya bahasa kan tool untuk memanipulasi otak sebenarnya. Bahasa itu program, manusia tuh bisa jadi kaya gini, kita bisa menganggap ini namanya meja warnanya coklat, ini rasanya manis itu kan semua diprogram oleh bahasa. Kita mau menciptakan kosa kata untuk bilang ini manis kalau kita gak pernah ketemu kata manis kita gak akan bisa merasakan rasa manis.

Ada suku di Afrika itu mereka tuh punya bahasa yang detail sekali untuk bisa membedakan antara warna biru dengan warna biru. Bagi kita tuh warna birunya sama, bagi mereka tuh berbeda. Dan begitu mereka ditemukan warna biru dengan warna kuning mereka bilang itu sama. Berarti mereka dengan menggunakan bahasa mereka memprogram otaknya, begitu juga dengan rasa, kita gak bisa jelasin loh ilmuwan gak ada yang bisa jelasin kok kita bilang ini manis dan itu universal orang bilang ini semua itu rasanya sweet. Contohnya sakit juga gitu sama semuanya diprogram dengan bahasa berarti ya tadi bahasa aja, bahasa itu kuncinya. Coding itu kan bahasa juga coding tuh bahasa semua tuh bahasa alam semesta juga bahasa semua. Pattern bukan dalam artian verbal atau huruf ya dia kode pola itu kan juga bahasa sistem

Hoppla

Mungkinkah itu menjadi universal juga bahasanya?

Rully Shabara

Ada buku di situ [menunjukan buku] apakah mungkin menciptakan bahasa universal? lah ini sama pertanyaannya. Sudah lama bukunya. Menurutku gak perlu, gak perlu bikin bahasa universal, gak perlu semua orang menjadi satu setelah mengeksplor-eksplor masalah bahasa menurutku gak perlu, malah justru diperbanyak variasinya

Hoppla

Dataset-nya diperbanyak?

Rully Shabara

Bukan cuma dataset-nya segala macam cara komunikasi itu dibuat seberagam mungkin. Kalau kita semua tujuannya globalisasi, semua tujuannya universal itu tuh akal-akalannya penguasa. Bahasa kayak universal terus diversity itu tuh akal-akalannya penguasa, supaya apa? supaya yang detail-detail gak dianggap, yang kecil-kecil yang detail-detail gak dianggap. Kebiasaanya suku di Wonosari atau di mana gitu, itu jadi gak dianggap karena hanya cuma bagian kecil gak penting, kalau dalam skala universal tuh gak penting.

Padahal ternyata mungkin yang kecil banget yang cuma 5 orang yang ngomong punya nilai tertentu akhirnya gak dianggap toh.

Menurutku, makanya menghindari hal-hal yang universal yang semuanya isme, termasuk feminisme dan macem-macem. Itu semuanya bahasa universal padahal setiap area semua kebudayaan punya nilai-nilai yang berbeda-beda dalam memaknai apa pun dan yang harus kita latih dalam semua itu kita harus menghargai itu semua. Ngasih effort lebih lah untuk belajar perbedaan-perbedaan itu menurutku. Gak semua harus jadi universal, gak harus semuanya jadi Bahasa Indonesia karena gak mesti. Orang dari suku mana mungkin mereka sudah nyaman-nyaman aja dengan bahasanya gitu dan dengan mereka menggunakan Bahasa Indonesia bahasa yang lama mereka hilang termasuk nilai-nilai yang bisa tersampaikan dengan bahasa itu.

Itu kenapa penting jangan semuanya jadi satu atau semua jadi Bahasa Indonesia, semuanya jadi bahasa karena yang menang nanti yang menguasai Bahasa Inggris yang menang yang menang bahasa universal karena yang paling banyak dipakai yang mana? ya Bahasa Inggris berarti nilai-nilai yang dianggap oleh semuanya nanti adalah nilai-nilai yang bisa tersampaikan oleh Bahasa Inggris, nilai-nilai Barat ya kan? iya lah, akhirnya gak penting lagi. Bahasa suku mana itu gak penting lagi karena tergantikan otomatis. Itu sih kalau aku.

Hoppla

Eksebisi online yang dilakukan oleh musisi-musisi pas masa-masa pandemi menjadi otomatis karena ruang fisik tidak bisa diokupasi, jadilah ruang virtual. Di sisi lain kan sebenarnya baik karena semua orang bisa mengakses gitu. Gigs nggak cuma perkara di kota lain nggak bisa dateng, karena semua bisa mengakses. Tapi, ada juga keterbatasan perangkat orang kan beda-beda gitu dan itu kan mempengaruhi experience juga buat penonton untuk mendengarkan musik. Bagaimana pandangan lo? Apakah sebenernya itu gak masalah juga? Atau lo punya opini sendiri?

Rully Shabara

Ya, yang namanya gpp yaa gpp juga, cuma gue gak nganggap itu serius ya kan, gue kan pernah nganggap online-online apalagi sifatnya pertunjukan musik itu serius. Bagi gue tuh bukan serius, gak serius. Gak mungkin lah online serius, apalagi yang sifatnya live ya live online lagi ya kan hadeh. Pertunjukan musik itu menurutku karya utamanya musisi, dia harus dirasakan live secara langsung harus. Album tuh bukan karyanya, musik tuh karyanya bukan album.

Orang bilang karya lo ada berapa sih? Gue udah banyak albumnya gue udah release single. Itu bukan karya, itu katalog. Contoh karya lo itu, lo pengin didengerin orang itu contohnya ini, lo pengin tahu karyanya dateng ke konser gue, itu baru gue bilang. Karena kenapa? Pertunjukan musik itu, musik itu gak cuman audio, musik itu adalah energi kan energi tuh yang gak bisa ditangkap audio banyak banget. Frekuensinya harus sama nggak bisa merekam gak frekuensi semua ada yang kerekam, gak mungkin kecuali lu canggih banget gitu pun nggak mungkin. Kedua, energi-energi lain yang gak mungkin ketangkap itu apa? Karisma, ya kan? Pesona itu gak bisa ditangkap.

Lo rekam video aja gak ketangkap kok, lo tonton ulang beda karismanya gak ada gak rasa, padahal orang bisa terhipnotis karena karisma vokalisnya atau apa kan ya itu gak bisa ketangkap itu. Gimana coba mau di online? Jadi boleh-boleh aja cuman jangan dianggap serius. Makanya kita ngasih audionya begitu kan, daripada live mending liat kita proses rekaman, jadi ada sesuatu gitu latihan biasa gitu jadi ada nilainya.

Hoppla

Di masa mendatang lu akan nampilin yang tadi eksperimentasi sound AI live?

Rully Shabara

Menurutku ya tujuan explore AI yang vokal untuk suara yah adalah supaya aku tidak perlu memainkannya. Jadi itu untuk orang lain sebenarnya, jadi orang lain bisa menggunakan suaraku. Ngapain AI lah gue aja bisa gitu loh ibaratnya.

Hoppla

Tapi nanti akan lo combine dengan pas lo manggung live performance?

Rully Shabara

Mungkin tapi juga untuk apa. Pertama aku harus tanya dulu kenapa harus kaya gitu? itu aja sih kalau aku, tapi tujuanku bukan untuk itu bukan untuk ditampilkan secara live olehku. Tapi akan lebih berguna kalau orang lain yang menggunakannya. Berarti dia bisa atau suaraku berguna. Terus kedua, itu menjadi orang lain jadi nyebar gitu jadi tool bagi orang lain. Jadi, lo pengen punya vokalisnya Senyawa di band lo ya, bisa gitu ibaratnya. Jadi ekstensi bukan dikumpul kaya gini, dia menyebar secara prinsip dia kaya gitu tujuannya.

Hoppla

Suara lo jadi open source.

Rully Shabara

Benar, ini kan jauh lebih baik kan persepsinya lain gitu dibalik, kalau filosofi yang praktik itu selalu seperti itu, prosesnya adalah tidak eksklusif diarahkan dibuka gitu, makanya lo tanya tadi apa lo gak takut itu bertolak belakang dengan prinsipku soalnya prinsipku harusnya dibalik begitu. Sebanyak apa lo bisa ngasih, pertanyaan justru itu, bukan lo gak takut. Nah, dibalik pertanyaannya, sebanyak apa yang lo bisa kasih, harusnya.

Hoppla

Karena itu jadi perbincangan banyak seniman dan ya mungkin kalau di AI itu yang generated lukisan itu kan banyak malah ada pelukis yang gak mau kan karyanya diambil atau di-generate

Rully Shabara

Sah sah saja itu putusan, cuma kan kalau orang bebas menentukan prinsip masing-masing kan. Kalau prinsipku ya sebanyak mungkin bisa digunakan banyak orang justru semakin baik, berarti dia lebih berguna karena fokusnya bukan materi, bukan ekslusifitas, bukan hak cipta. Fokusnya adalah gunanya kalau aku, kalau dia berguna ya bagus dong, kalau dia berguna orang lain dapet duit, gue juga dapet duit dengan melakukan ini, orang lain juga dapet duit kan lebih berguna. Alkisah sama saja, prinsipnya sama gitu. Jadi semuanya tuh lo punya sesuatu gunanya bisa digunakan oleh orang banyak sebenarnya itu sih prinsipnya.

Kedua kenapa seperti itu kalau aku, karena aku sudah mulai prosesnya, proses pencarian diriku sendiri, jadi aku tidak takut tidak merasa insecure, aku gak merasa insecure kalau takut nanti dipake ini begini berarti ada insecurity di situ dia masih belum yakin dengan eksploarsi dia mungkin belum tepat jadi mungkin belum saatnya. Kalau sudah ketemu gue mau dipake orang tetep tahu kok itu suaraku kok gmn, aku sudah seyakin itu gitu loh. Gak takut lagi gitu. Yaa aku kan eksplorasinya yaudah gini, aku lagi eksplorasi yang lain silahkan gitu ya kan aku udah jadikan data kok punyaku udah dijadikan data ya jadi aku harus move on ke eksplor yang lain kan untuk nambahin data lagi, cari bunyi2 yang baru gitu itu sudah ketemu, kalau sudah ketemu ya sudah kalau mau dipake orang ya udah ini gitu

Hoppla

Bisa tolong jelasin ke kami lagi mungkin lebih explanatory ya tadi analogi spiritual teknologi soalnya tadi lu bilang transcend itu seperti data, jadi apa itu spiritualitas dan teknologi hubungannya?

Rully Shabara

Spiritualitas dan teknologi ya itu apa yah ekstensi, ekstensi di luar tubuh kita, iya perpanjangan di luar eksplorasi yang terdalam gitu ya. Spiritual kan prosesnya ke dalam, terus memproyeksikannya gitu. Teknologi bisa seperti itu, makanya di transcend dulu jadi data sehingga dia prosesnya dua dimensinya berbeda. Dimensi yang selama ini kita lakukan yang tradisional adalah mengeksplor tubuh terus kita proyeksikan tubuh kita sebagai yang memproyeksikannya apa pun karyanya gambar, nyanyi, nari semuanya tuh dengan tubuh gitu yang memproyeksikannya.

Teknologi, dia dimensinya berbeda, kalau aku transcend menjadi data terus dia dimensinya berbeda. Tapi, eksplorasi yang spiritualitas yang ke dalam yang transcend jadi tidak ada artinya gitu maksudku, jadi hubungannya kalau kamu tanya hubungannya adalah itu.

Hoppla

Berarti sebagai bentuk mediasinya ya

Rully Shabara

Iya. Intinya adalah eksplorasi yang pertama dilakukan adalah eksplorasi yang ini dulu gitu [menunjukkan mind-map], sebelum ke bawah dia, ini harus selesai dulu secara spiritnya gitu. Nah eksplorasi ke dalamnya harus ini dulu sebelum kemudian diperpanjang, karena kalau diperpanjang tanpa itu ya jadinya minim. Datanya gak ada artinya, suaranya kaya suara orang biasa gitu, ya kan gak ada artinya gitu kan

Hoppla

Iya, mungkin ada spirit dalam teknologi.

Rully Shabara

Kalau pakai perspektif ini, iya, karena aku menciptakan suara, gak bisa gitu doang, gak cuma teknik doang. Untuk mendapatkan teknik itu kan melalui proses yang dalam dan harusnya itu terbaca, harusnya terasa di orang dari timbrenya, dari getarannya semua itu ada frekuensinya, itu bisa mencapai itu kan juga gak bisa sembarangan. Nah mungkin itu di situ itu maksudku.

Juga menjawab kenapa orang kok proyeknya banyak banget sih? Itu sih sebenernya aku mau jelasinnya juga susah mau dibilang gimana gitu ya. Prosesnya kan beda. Dan intinya kalau aku sih bikin gini gunanya buat apa, masalah seniman selalu apa? gak punya ide, kehabisan ide, itu aja sih masalahnya. Seniman selalu itu, apalagi yang pengen full time gitu ntar kehabisan ide gimana? Gue gak ada setiap solo gue mengerjakan proyek yang mana dulu ya dicicil ntar setahun kemudian yang ini, udah siap gue udah move on. Bikin yang lain ntar ini ada yang udah siap gue udah mengerjakan yang lain, ada yang udah siap gue ngerjain yang lain gitu seumur hidup.

Hoppla

Lo harus menambah satu aspek, energi

Rully Shabara

Ada terus ini. Dan setiap ini [menunjukkan mind-map] ada visinya masing-masing. Contohnya, Senyawa dia punya visi sepuluh tahun sendiri khususnya Senyawa gitu. Ini [menunjuk gambar]. Lebih gila lagi kalau ini, ini proyek yang paling gila ini yang film tadi itu belum ada apa-apanya. Ini gue udah punya proyeksi yang jauh banget gitu, itu awalnya batu itu dia 2012 selama itu yang Zoo.

Hoppla

Yang Zoo kan?

Rully Shabara

Iya bener yang Zoo, cuma kan berkembang dari cuma musiknya doang, cuma musiknya Zoo, sebenernya cuma musiknya ini. Kalau kitabnya ya ini bahasa, jadi soal bahasa, soal keyakinan sekarang selalu teknologi gitu, jadi eksplorasinya dengan membikin projek ini gue jadi banyak hal terus gue terapin, untuk bikin belajar ini gue harus belajar ini gue terapin, jadi gue tambah pinter dibidang yang gue geluti gitu loh.

Hoppla

Jadi lo tahu apa yang lo lakuin

Rully Shabara

Iya, jadi seni apa yang lo kerjakan itu memang tujuannya buat gue jadi lebih bagus aja gitu, bukan mau nyari duit atau apa ya. Itu pasti ikut duitnya gak usah dicari duitnya ngikut gitu loh. Orang bilang nyari duit salah, duit ngapain dicari? duitnya itu ngikut

650 692 Anggraeni Widhiasih
Ketik di sini ...

Preferensi Privasi

Ketika Anda mengunjungi situs web kami, informasi mungkin disimpan melalui peramban Anda dari layanan tertentu, biasanya dalam bentuk cookie. Di sini Anda dapat mengubah preferensi Privasi Anda. Perlu dicatat bahwa memblokir beberapa jenis cookie dapat mempengaruhi pengalaman Anda di situs web kami dan layanan yang dapat kami tawarkan.

Untuk alasan kinerja dan keamanan, kami menggunakan Cloudflare
required

Situs web kami menggunakan cookie, terutama dari layanan pihak ketiga. Tentukan Preferensi Privasi Anda dan/atau setujui penggunaan cookie oleh kami.