Hoppla
Bisa diceritain apa itu Irama Nusantara dari awal?
Irama Nusantara
Perkenalan dulu kali ya, saya Renovan Reza, bergabung di Irama Nusantara semenjak 2018. Sebagai arsiparis, inti kerjaannya nyari sumber data. Jadi arsipiris yang dicari kan udah pasti musik yang direkam di piringan hitam atau kaset atau Shellac sebelum piringan hitam. Jadi tugas utama saya nyari barang-barang itu.
Halo, nama gue Frank Navayo Pattinasarany, biasanya dipanggil Frank. Masuk di Irama Nusantara semenjak Agustus 2022, masuk anak baru di sini. Kemudian gue sebagai data master officer, membantu Reno dan juga Mas Arya untuk upload data-data audio dan juga visual yang Reno sudah cari. Berbagai dari kaset, dari vinyl atau Shellac, kemudian selanjutnya juga membantu beberapa edit audio juga yang dirasa diperlu untuk kepentingan digitisasi juga, supaya bisa dinikmati oleh user dan penikmat-penikmat musik di seluruh dunia.
Kalau gue Arya Gilang, bergabung di Irama Nusantara sejak Agustus 2020. Tugas gue di sini lebih ke transfer audio digitisasi dari audio analog masuk ke software. Jadi, dari mas Reno nyari sumber data mentah, pindah ke gue untuk di-transfer jadi audio untuk masuk ke web Irama Nusantara.
Kemudian ada dua lagi yang membantu untuk di bagian pengarsipan, yaitu ada Satrio dan juga Desti, itu di bagian visual, dimana akan scan data-data majalah, artikel yang sudah disediakan oleh Reno, nanti akan di-scanned, kemudian ditampilkan data secara visual, nanti di-upload di website untuk final output-nya.
Jadi, kalau tadi dari pertanyaan awal tentang Irama Nusantara, tentang Irnus terbentuk sih sebenarnya idenya sudah dari lama banget ya, dari 97. Sekitar medio itu saat founders bertemu saat mereka masih kuliah di Bandung.
Jadi, ada nama-nama kayak David Tarigan, Alvin Yunata, Toma Avianda, ada juga Christoporus, aduh siapa namanya, kita bilang Blak lah.
Nah, itu mereka dulu memang berada di satu kampus yang sama dan punya ide yang sama juga, dan punya passion juga sih sama musik Indonesia masa lalu gitu, berangkatnya sih dari situ gitu. Dan pada saat itu mereka juga di era yang masih internet sangat sulit untuk diakses, ada keresahan dari mereka gitu. Jadi, gimana ini nih si musik yang sudah lahir dari era-era sebelumnya yang ternyata mereka temukan sangat menarik gitu, tapi kok gak ada yang ngebahas gitu. Orang-orang di kala itu cuma taunya ya pasti mayoritas dari barat, musik-musik dari barat, sedangkan dari dalam negeri gak ada yang tau sama sekali dan gak jadi bahan pembicaraan lah gitu.
Dari situ sih sebenarnya ide awalnya, sampai sekitar tahun sekitar 2012 dan 2013 ketemu lagi tuh mereka mengumpul lagi, bonding lagi gitu, dan beberapa orang lainnya kayak ada Norman Ilyas, ada Dian Ono, ada Mayumi Haryoto, mereka ketemu lagi dan di situ akhirnya jadi titik start-nya. Udah kita seriusin aja nih, Irama Nusantara buat punya badan hukum gitu, jadi diresmikan lah berdirinya sebagai yayasan Irama Nusantara.
Jadi kurang lebih udah satu dekade sih, sampai tahun ini 2023 ini Irama Nusantara berdiri.
Hoppla
Waktu awal digitisasi langsung ke pengarsipannya digital? Bagaimana prosesnya? Teknologi apa yang dipakai?
Irama Nusantara
Awalnya sih pasti berangkat karena dari swadaya gitu ya, dari anak-anak sendiri, jadi barang-barang yang memang jadi sumber arsip pasti dari koleksi masing-masing tuh. Apalagi kaya kayak David kan emang udah beli plat dari SMP gitu, jadi juga kekumpul lumayan banyak gitu. Terus pedagang-pedagang, temen-temen juga, kolektor, ya sumbernya pasti dari situ sih awalnya.
Dan memang dari awal Irnus tuh udah fokusnya sih ke digital, jadi gimana caranya memaksimalkan teknologi-teknologi internet itu tadi. Jadi kita gak berusaha konservasi barang fisik lah, karena ya disini kita tahu iklim yang gak mendukung buat nyimpen barang, dan butuh tempat yang gede juga kalau harus ada barang fisik yang kita simpen, jadi gimana caranya? Se-compact mungkin, jawabannya di digital sih. Teknologi awalnya kurang lebih sama sih kayak sekarang di kantor ini, cuma lebih sedikit aja dulu mungkin barang-barangnya.
Yang udah pasti ada, kalau menggunakan vinyl kan, turntable, ampli, amplifono, soundcard, sama PC. Cuma dulu, di awal-awal itu 2013 masih sangat-sangat gelandangan, jadi modalnya masih jauh lah dari sekarang gini. Dulu cuma modalnya satu-satu aja tuh, satu turntable, satu soundcard, satu komputer, satu ampli. Itu aja sih awalnya.
Hoppla
Apakah social media punya pengaruh dalam riset kalian, dalam mengumpulkan arsip, atau memang kalian punya kecendrungan sendiri?
Irama Nusantara
Jelas sih ya, pasti, pasti sangat membantu. Apalagi berapa tahun kebelakang, lima tahun kebelakang kali ya, kayak Instagram, Twitter gitu. Saat kita nge-post, kayak satu sosok lah misalnya, terus ada ternyata followers yang, ah ini ternyata tante gue nih, ini nenek gue nih, gue punya. Terus dia cerita gue punya arsipnya, punya apa lah yang dia simpen ternyata, dan gak pernah ke-publish juga. Terus, yaudah nih kalian ini aja ambil, bantu arsip, banyak banget sih yang kayak gitu di medsos tuh, berkeliaran.
Dan ya mereka pun sebenernya mungkin selama ini bingung kali ya, karena keluarga mereka itu ternyata ada yang concern lah, memadai gitu. Mereka juga bingung, ini buat apa ya, maksudnya, nenek gue dulu ternyata orang terkenal nih, cuma mungkin mereka gak segitu taunya. Tapi pas liat Irnus buat suatu post yang berkaitan gitu sama keluarganya, oh ternyata nenek saya terkenal. Banyak sih yang gitu ternyata. Terakhir kemarin dari itu, ada band 70an Medan, Golden Wing namanya, ada keyboardist, namanya Adi Mantra.
Baru tuh terakhir kemarin, ada DM Instagram, Mas saya Dimas Mantra, beneran, namanya turun gitu. Saya anaknya, nih ada foto-foto terus dia fotoin gitu di whatsapp, arsip foto bapaknya, ini banyak banget. Keren sih, itu kekuatan medsos.
Hoppla
Kenapa kalian akhirnya memilih internet sebagai prasarana digitisasi? Mungkin ini balik ke awal sebagai Irama Nusantara berdiri lagi, kenapa akhirnya memutuskan medianya di internet?
Irama Nusantara
Karena, balik lagi sih, tujuan utamanya kan gimana cara menyebarkan musik-musik yang sebenernya lahir di Indonesia ke khalayak luas gitu. Di teknologi yang semakin masif kayak sekarang, paling gampang sih ya internet gitu. Dan cara corong gitu paling terbuka ya buat website sih. Buat website yang sudah didesain sedemikian rupa, buat menanggulangi pembajakan juga, dan lain-lain lah ya hal negatifnya.
Itu paling masuk akal lewat website sih. Kebanyakan gitu, pasti ada lah gitu di website, meskipun kita gak ada button download, tapi kan pasti aja ada tuh orang-orang di luar yang gimana ya cara ngakalinnya ngambil lagu ini gitu. Pasti ada aja.
Selain itu juga, ini sih, internet sebagai wadah untuk edukasi, edukasi ke khalayak luas. Karena dengan internet bisa menjangkau berbagai user, dari Indonesia, dari luar negeri, ya ataupun warga Indonesia yang tinggal di luar negeri itu bisa mengakses lebih mudah dengan internet.
Iya sih, ternyata global. Secara global juga. Jadi gak cuma di sini doang. Iya, gak cuma di sini doang. Karena kebantu dengan internet dan website tersebut.
Hoppla
Bagaimana kalian melindungi hak cipta karya?
Irama Nusantara
Jadi semua yang dimasukin ke website, mau dari audio, visual itu kualitasnya udah di-compressed semua. Bukan yang high-res gitu kita kasih.
Hoppla
Tapi yang high-res tetap ada?.
Irama Nusantara
Ada, tetap ada buat arsip. Jadi semua, kayak audio itu yang Arya kerjainya di sini, yang di-konversi pasti outputnya jadi WAV sebenernya. Tapi masuk web jadi mp3 ya? Jadi mp3, 56kb doang. Dan visual juga yang di-scan di sini, pasti outputnya jadi TIFF gitu. Cuma yang di website, yang di output hanya jpeg aja.
Ada pengecualian ya mas ya? Kalau ada untuk riset atau tugas apa gitu ya, mereka butuh yang high-res atau butuh yang audionya yang high gitu, itu akan kita kasih sih. Tapi ada pengecualiannya maksudnya. Kayak yang tadi, misalnya si Dimas Mantra tadi, yang anak keluarga gitu, dia suka minta tuh kadang beberapa keluarga, Mas saya anaknya ini minta data album bapak saya boleh nggak kita kasihnya yang gede tuh biasanya gitu. Karena kan, ya ini juga bukan punya Irnus sebenernya, ini kan punya masing-masing. Ada haknya lah dia. Dari musisi. Iya, iya.
Hoppla
Halangan apa aja yang terjadi di Irama Nusantara dalam distribusi arsip karena kan kita berhadapan dengan copyright ya?
Irama Nusantara
Penanggulannya sih pertama pasti di website, kayak sekarang nih yang udah udah di-launch. Iya, di-launch. Desain web baru, baru berapa bulan ya? 3-4 bulan. Kita udah nampilin disclaimer juga sebenernya di website tuh. Jadi semua data yang ada di website itu sebenernya bukan punya Irama Nusantara gitu.
Jadi apa pun, ada misal satu orang di luar satu publisher lah, pengen re-issue gitu. Buat re-issue satu album, Irama Nusantara cuma bisa bantu nyambungin nanti ke pihak yang bersangkutan. Karena ini bukan data yang kita miliki, dan kerjaan yang kita lakukan disini gak ada yang dikomersialisasi sebenernya. Jadi, ya karena balik lagi kan bentuknya juga yayasan, data yang di-collected juga itu album, ya ada yang master-nya punya label, ada yang punya perorangan. Jadi, ya kita gak ada apa ngejual lagi, kita nyetak ulang buat dijual, kita kan gak ada seperti itu. Ya syukurnya sih sampe sekarang gak ada yang berusaha nge-sue juga sih.
Hoppla
Jadi selain pengarsipan digital, apakah kalian mengarsipkan fisiknya juga?
Irama Nusantara
Fisiknya enggak sih. Fisiknya jatuhnya ke digital juga sih mas, ya kayak misalkan cover, kita scan lagi. Maksudnya barangnya kita kan gak pegang. Paling segitunya aja. Yang punya kantor itu ya maksudnya. Karena beberapa kali kita terpaksa beli gitu. Jadi, ya ini sih sisa-sisanya dari yang beli.
Kadang ada yang hibah juga sih, dari orang bongkaran rumah. Mubazir soalnya kalau kita beli ya, setelah didigitisasi gak jadi apa-apa dikit lagi. Gak jadi apa-apa, gak ada kantor segini doang. Storage-nya juga sih yang jadi kendala juga, untuk kalau misalnya nyimpan secara fisik, itu storage menjadi kendala banget soalnya. Jadi ya, treatment kita ya kalau misalnya ada yang kita pinjam kasetnya atau apa, majalah atau artikel, nanti setelah kita digitisasi kita balikin. Atau kalau hibah ya syukur-syukur ya. Jarang-jarang terjadi.
Hoppla
Tapi kalau hibah juga tadi mikir masalah storage ya?.
Irama Nusantara
Iya, itu dia mas. Pokoknya kadang-kadang kita keluarin lagi tuh kalau ada barang hibah. Suka sok-sok bikin giveaway di Instagram. Untuk kolektor yang ingin untuk mengoleksi fisik tersebut, itu menurut kami sih sangat berguna ya. Karena barang-barang tersebut sudah tidak diproduksi lagi di jaman sekarang. Bukan tidak diproduksi sih, lebih tepatnya susah untuk ditemukan.
Hoppla
Kalau dibandingkan dengan pengarsipan internet, lebih mudah mana atau lebih challenging mana antara koleksi fisik atau koleksi secara digital?
Irama Nusantara
Sama aja sih kali, challengingnya. Challenge-nya sama. Karena source-nya dari yang fisik dulu. Source-nya pasti dari situ. Cuma masalah yang dihadapi aja berbeda gitu. Kalau lo nyimpen fisik, lo harus siap punya tempat yang luas.
Itu kayak di Kompas, punya kerekan besi, ribuan plat gitu. Tapi kalau mau jadi pengarsip digital, ya butuh server. Total server lagi ya, berapa tera[byte] udah abisin buat itu. Dan gak akan ada abisnya tuh ya, gak abis-abis lagi. Tapi kalau secara pribadi sih, kayaknya kalau disuruh milih mending digital sih.
Dengan perkembangan zaman, kayaknya internet bakal maju terus ya. Kecuali tiba-tiba zombie nyerang gitu.
Hoppla
Ini pertanyaan secara teknis aja sih, boleh dijelasin gak dari proses digitisasi, dari analog ke digital, software apa yang dipakai, kemudian prosesnya gimana?
Irama Nusantara
Kalau untuk plat atau vinyl tuh, biasanya tuh pake turntable medianya. Ya pasti kita bersihin dulu tuh, si piringan hitamnya kita bersihin. Karena kan kalau dapet barang-barang lama, gak selalu dalam kondisi baik tuh. Ada yang baret lah, scratch atau apa. Ya, kita bersihin, kita rekam medianya pake turntable, dari situ langsung ke soundcard.
Nah dari soundcard ini langsung masuk ke software. Software mah bisa apa aja sebenernya mas ya? Misalkan kayak, kalau kita yang pake Logic, ada Pro tools lah, ada semacamnya kayak gitu lah. Qubase lah. Nah dari software ini, kita play, itu real-time rekamnya. Misalkan satu setnya 30 menit, ya kita berhenti di jalan 30 menit gitu. Jadi bulan paling 60 menit, kita rekam. Setelah selesai, kita cut to cut tuh pake track-nya. Kita cut to cut, terus kita rename sesuai dengan title yang ada di cover.
Dari situ kita langsung, kita bounce aja sih, kita save jadi WAV. Nanti setelah sudah di- saved, ada lagi sebenernya tim restorasi nya untuk audio. Jadi tugasnya restorasi audio itu, meminimalisir noise.
Noise, audio, krekel-krekel gitu. Agar lebih layak didengar lah, ketika di-upload di website seperti itu sih. Jadi prosesnya, intinya tuh dari piringan hitam, pake media, turntable, masuk ke soundcard, lalu langsung record di software, di save, restorasi, langsung masuk ke website. Itu aja sih paling. Jadi kalau paset, ya turntable nya tinggal diganti? Kalau paset tinggal diganti pake tape aja.
Hoppla
Memori yang dipakai kan gede, bisa sampai tadi 40 tera dan data itu kan exponentially growth. Bagaimana menyiasati itu termasuk distribusinya ke internet dan lain-lain?
Irama Nusantara
Cari funding.
Hoppla
Maksudnya dari distribusi secara teknisnya, sampai dia bisa data ke upload ke internet dengan terdistribusikan?
Irama Nusantara
Secara teknisnya, sebenarnya dari yang tadi udah kelar, lalu visual sih yang belum dijelaskan mungkin, visual juga, dia di-scanned, lalu direduksi juga tuh, kan suka banyak coretan dan apa segala macem, semua informasi nya harus kelihatan lah, gak boleh ada yang ketutup dengan obstacle, spidol atau apa gitu.
Visual nya udah di restorasi juga, audio nya udah beres juga di restorasi, lalu kita gabungkan biasanya di server, itu local server, antara audio dan visual, jadi per folder isinya itu lah audio dan visual album yang dimaksud. Dari situ baru sih di upload ke website, yang bisa diakses langsung.
Hoppla
Maintenance-nya gimana dari storage kemudian website?
Irama Nusantara
Kalau website pasti bayar domain, standard per tahun gitu.
Hoppla
Tapi maintenancenya si arsip ini, kan si arsip secara digital pasti ada ‘pengikisan’, apalagi kalau masuk web, kalau di server pun, maintenance nya gimana? menyiasati itu supaya tetap terjaga dan kualitasnya.
Irama Nusantara
Punya backup sih kita sebenarnya, jadi sebenarnya yang udah dipunyai sekarang sama Irnus itu sekitar 80 tera, cuma yang kepake 40 tera itu main data, 40 nya lagi buat backup, jadi diharapkan sih kan, kalau emang kenapa-kenapa yang main data nya, atau masih setidaknya punya backup lah.
Aku masih pernah ngobrol juga sama akademisi pengarsip, katanya yang bener kita punya 3 storage lokal, jadi satu yang emang lo pake sehari-hari, satu yang backup nya offline, satu lagi lo simpen di luar kota, itu sih yang paling optimal. Jadi kalau kenapa-napa yang dipakai sehari-hari masih ada backup, backup nya juga bisa kebakar, masih ada yang di luar, katanya sih gitu.
Hoppla
Bagaimana posisi kalian terkait piracy? Kalau data udah dikeluarkan ke publik atau ke internet, itu kan bisa jadi liar, tadi kalian juga menyebut Irnus menanggulangi piracy dengan mengkompres ukuran data, kualitas audio. Apakah kalian yaudah pasrah aja ketika data dikeluarkan, walaupun udah diproteksi, tapi tetap bisa dibajak juga, jadi kayak apapun yang terjadi di internet yaudah biarkan, atau kalian secara birokrasi ada tindakan-tindakan lain juga?
Irama Nusantara
Ya makanya kenapa di tadi, cara paling gampangnya kita kompres, sebenarnya kita beranggapan sih yang kita kompres ini, kayak udah di wav turunin ke mp3 buat audio atau visual tadi jadi cuma jpeg, sebenarnya kualitas itu ketika ada orang aja yang emang berniat buat komersilin itu, dan dia nemu caranya buat download tuh si audio dan visual, itu sebenarnya gak layak buat dikomersilin, itu gak layak sebenarnya buat dijual, meskipun ya jelek-jeleknya dia tetap dapet sih datanya si audio yang jelek itu, cuma kita sih cukup pede gitu, kalau nyampe lo jual ini gak bakal laku sebenarnya gitu,
karena kayak wav yang sebesar ini terus udah dikompres jadi mp3 terus kita upload, terus lo mau gedein lagi itu kan sebenarnya gak bisa, dan kalau lo paksa jual dengan yang sekecil ini itu gak akan layak sebenarnya buat dijual, tapi kalau di luar sana, kalau coba gitu ya gimana juga ya, yang monggo aja sih karena udah gak ada batasnya sih ya, iya gak apa-apa gitu, cuman ya mereka gak akan dapet kualitas yang baik dan layak didengar sih.
Terus mengedukasi juga, karena sampe sekarang masih banyak sebenarnya kan yang nanya di medsos gitu, ini gak ada tombol downloadnya apa ya, siapa mau lah gue gitu, jadi itu dijelasin lagi, kita gak melayani gini-gini untuk download atau apa, bahkan kita nge-play di website pun, satu lagu kan gak bisa kita fast forward atau rewind, alesan-alesannya tuh, bener-bener, gak ada button, jadi play sama pause doang gitu, ya itu kali tugas sebagai yayasan, yayasan mengedukasi aja terus gitu ke masyarakat, gimana ya alesan-alesannya aja kasih tau, kasih terus gitu.
Sebagaimana pun pasti orang-orang bakal menemukan cara untuk membajak, tapi ya strategi kita itu bagaimana supaya tidak didistribusikan lebih luas lagi, dengan cara tadi dikompres datanya gitu, itu salah satu antisipasinya, karena yang bajak itu ketika duplikatingnya deh, udah akan turun lagi kualitasnya.
Hoppla
Ke depannya kan internet bakal lebih canggih ya, web3 juga, terutama dalam hal pengarsipan, apakah kalian akan bermain di ranah web3 ke depan?
Irama Nusantara
Gimana ya, cuman kalau sekarang sih masih tetap fokus pasti nge-arsip, karena corong paling besarnya masih website ya, pasti kita terus ke situ, Luasnya lagi mungkin nanti kedepannya punya apps gitu, punya aplikasi semacam music platform yang lain gitu, mungkin jadi Spotify-nya khusus musik Indonesia mungkin, bisa juga, udah ada sih ide-ide seperti itu. Cuman yang kayak si website, pasti kalau ada funding dan lain-lain dukungan sih pasti jalan terus.. Mungkin juga bisa terintegrasi juga kayak semacam Shazam, yang kita ke-detect, eh lagunya ini, kreditin Spotify mungkin, nanti kedepannya bakal ada itu juga, tapi khusus untuk musik populer Indonesia.
Nah itu kan menurut kita salah satu langkah yang bagus juga untuk mengenalkan musik populer Indonesia ke khalayak luas. Mungkin juga tidak menutup kemungkinan untuk yang lain-lainnya kali ya, pasti.
Mungkin suatu saat bisa terintegrasi ke AI, tapi itu mungkin masih lama sekali, artificial intelligence, tapi itu menurut kami ya masih panjang.
Hoppla
Kenapa?
Irama Nusantara
Karena ya, apa ya, AI juga kayak, mungkin mendeteksi secara, bisa menduplikasi kata-kata, atau misalnya lagu-lagu musik populer Indonesia, eh lagu-lagu lainnya, tapi untuk sekarang musik populer Indonesia, jadinya kita doang yang ada, jadi AI belum bisa mendeteksi itu, karena ya, balik lagi kan tujuan kita mengedukasi juga.
Hoppla
Total koleksi berapa?
Irama Nusantara
Total di website sih 4.800an yang udah masuk, cuma disini sebenarnya udah nyampe 7 ribuan, hampir 8 ribu, jadi masih banyak utang buat sih.
Hoppla
Masih banyak belum di-upload ya?
Irama Nusantara
Dan itu masih panjang mas, kasetnya? Kasetnya di Irnus mulai nge-arsip baru dari 2021, baru masuk ke kaset. Dan masa kaset di Indonesia paling panjang. Iya, jadi masih jauh sih mas, untuk ngumpulin kaset. belum kelar.
Hoppla
Terus gimana dengan storage datanya? Storage data tuh pertahun ya, terus kalian juga data arsipnya banyak banget kan, gimana tuh kalian ke depannya?
Irama Nusantara
Ya berharap ada duit aja terus, gimana itu doang soalnya, masalah utama disini selalu di finansial sih pasti. Dan yang ngerjain kayak kita-kita, ya sesedikit-sedikitnya ini orang-orang ini, tapi ada mah ada aja yang ngerjain, yang masih cukup sabar kayaknya buat ngerjain, cuma kalau udah ga ada funding itu yang ngasihin juga.
Jadi semenjak 2020, tengah tahun 2020, pandemi, itu kan sempet mau kolabs di Irama Nusantara, udah mau tutup tuh, tiba-tiba masuk lah Dikbud. Nah Dikbud, ayo. Karena ada program juga ternyata, program pengarsipan di Dikbud. Udah lah, bareng aja sama Dikbud.
Dan di tahun itu sih, masih cuma lanjut aja kekerjaan arsip yang Irnus biasa lakuin tuh. Tahun depannya 2021, mereka yang pengen, gimana caranya, kita rangkul juga teman-teman di daerah, di daerah-daerah, dengan ilmu yang Irnus udah punya. Dan di tahun 2021 tuh, udah jalan ke 3 kota. Awalnya Jambi, Jogja, sama Bandung.
Jambi, Jogja, Bandung. Dari situ ya ketemu komunitas yang kurang lebih serupa, punya minat yang sama juga, sama musik. Kita dari situ lah mulai kerjasama. Jadi kerjasamanya ya, mereka ditugaskan, fokus buat mengarsipkan musik daerah khusus mereka gitu. Di Jambi, semoga, diharapkan sih ketemu musisi asli Jambi. Cuma ternyata agak susah, akhirnya mereka melipir-lipir ke Kerinci, Padang-Padang juga gitu dapatnya. Ya gapapalah, yang mending ke Sumatra nih. Jogja, kalau Jogja kan banyak lah ya. Jawa. Gamelan, Karawitan gitu. Bandung ya jelas gitu Sundanya kuat banget, banyak rilisannya.
Dan dari 2021 itu, sampai sekarang sih, masih jalan terus ya. Di tahun lalu, 2022, juga kita ke Bali, Medan, Makassar. Ya diulangi lagi gitu, ya gitu aja sih polanya sama terus. Pengennya sih ya, tiap tahun ada buka lagi, jejaring gitu, Irnus, mungkin di tiap kota, mungkin kedepannya.
Hoppla
Kalian ada program edukasi online?
Irama Nusantara
Beberapa kali ada, kayak sama Gudskul gitu, cuma ga program Irnus sendiri. Terus ada yang ajak, yuk kita bikin kelas atau sharing session gitu. Beberapa kali juga ada yang dari kampus ya, dari UI waktu itu. Jadi ada dosen, ada mahasiswanya, jadi kita kayak buka kelas gitu di sini. Iya di sini. Kelasnya di sini. Jadi ada 15-16 mahasiswa-mahasiswi, plus dosennya, tapi jadi dosen tamunya yang dari Irnus. Gue pengen jelasin tekniknya. Beberapa kali sih kalau itu, kayak Vokasi UGM Pengarsipannya, Mas Irfan Sudrajat pernah waktu itu, ngundang juga, secara langsung sama instansi akademik gitu ya. Pernah juga sih.
Hoppla
Tapi kalau dari Irnusin belum ya? Irnusnya? Belum ya?
Irama Nusantara
Officially ya? Gembel. Balik lagi, masalah itu doang. Iya masalah itu doang. Selalu ada ide-idenya, apalagi udah kita tahu, kayak Tarigan, Alvin yang networknya seluas-luas gitu, terus mau ngapain aja bisa gitu sebenernya. Maksudnya secara wacana apa ini, ada aja mau ngapain, cuma kere banget.
Hoppla
Terbentur ya?
Irama Nusantara
Terbentur oleh dana. Eksekusi mah sebenernya asal ada dana, langsung dar, dar, dar.