Hoppla
Bagaimana awal konsep dari Archiving Dot Anomaly dan Excavation Anomaly? Apa yang menjadi awal ketertarikan lo?
Camay
Awalnya, gue tertarik terhadap arca-arca yang ada di museum dan di beberapa daerah di Indonesia. Gue tertarik bentuknya, di sana, arca-arca tersebut akan berubah bentuk seiring berjalannya waktu, bahkan gue pernah mendapatkan film tentang Borobudur yang sekarang sudah dikonstruksi ulang dan kita tidak tahu seperti apa bentuk aslinya, hanya bisa dilihat dari arsip-arsip yang sudah dilakukan oleh Belanda waktu itu.
Dan yang penting di sini, gue ingin bentuk-bentuk itu bisa terarsipkan dari yang kita lihat sekarang. Meskipun sebelumnya belum banyak menghasilkan bentuk ini, akhirnya ada teknologi 3D scan. Jadi, gue mencoba untuk memindai bentuk arca tersebut ke dalam bentuk arsip tiga dimensi. Dan itu menjadi arsip-arsip bentuk aslinya yang dengan teknik fotogrametri. Gue ingin audiens masuk ke dalam salah satu karya gue yang pertama, Excavation Anomaly. Audiens mencoba untuk menggali bentuk-bentuk yang gue arsipkan tersebut dengan menggunakan touchscreen game, mereka mencari dan menggali bentuk-bentuk itu ke dalam kedalaman.
Kemudian, gue mengembangkan ke bentuk Augmented Reality. Dalam bentuk Augmented Reality, gue membangun ulang bentuk-bentuk tersebut dari cerita-cerita yang sudah ada, juga arca-arca yang memiliki banyak cerita di baliknya. Gue mengajak audiens untuk mencoba menggali lebih dalam tentang bentuk-bentuk yang ada sekarang, yang mungkin di kemudian hari akan berubah menjadi sebuah arsip dengan bentuk yang berbeda.
Karena gue melihat sendiri bahwa tidak semua perawatan arca-arca tersebut tercakup oleh pemerintah dan lembaga-lembaga yang fokus di sana. Banyak data-data tersebut yang menjadi salah satu koleksi gue secara digital. Gue mengajak audiens untuk mendalami bentuk-bentuk yang ada yang sudah gue arsipkan.
Hoppla
Kalau teknisnya sendiri berarti lo melakukan 3D scan terhadap si arca yang ada asli itu?
Camay
Untuk proses scan, gue menggunakan beberapa metode. Salah satunya adalah menggunakan Kinect, yang menggunakan kamera untuk membaca bentuk. Teknologi yang ada saat ini, seperti pada iPhone, juga memiliki fitur serupa yang disebut LiDAR. Dalam aplikasi tersebut, Anda dapat langsung memindai bentuk-bentuk tiga dimensi dan mengarsipkannya. Sedangkan gue, menggunakan foto dari berbagai sudut untuk membaca bentuknya.
Dalam pengarsipan, penting bagi gue untuk menjaga bentuk-bentuk tersebut agar tetap terlihat dalam siluetnya. Namun, ketika siluet tersebut banyak dan bentuk aslinya menjadi terarsipkan, gue menggunakan metode fotogrametri. Metode ini digunakan dalam karya-karya gue seperti Excavation Anomaly dan Archiving Dot Anomaly.
Hoppla
situs-situsnya sendiri apa aja yang udah lo scan?
Camay
Gue mengarsipkan bentuk-bentuk yang ada di banyak museum, termasuk Museum Nasional. Banyak arca-arca tersebut yang berada di luar museum dan gue tidak mengetahui bagaimana perawatannya dilakukan. Mungkin ini menjadi salah satu hal yang perlu ditingkatkan dalam perawatannya. Gue mencoba mengarsipkan bentuk-bentuk tersebut tanpa izin, lebih sebagai eksperimen pribadi gue.
Hoppla
Awal mulai lo tertarik mulai dari kapan sih dan tertarik dengan bentuk arca ini? kenapa kepikiran?
Camay
Awal ketertarikan gue bermula ketika gue mengunjungi Museum Nasional. Gue ingin tahu apakah perawatannya sudah lebih baik. Namun, kenyataannya tidak semua arca-arca tersebut dirawat dengan baik oleh pemerintah. Gue yakin bahwa melalui proses konservasi, bentuk-bentuk tersebut juga akan mengalami perubahan. Menurut gue, penting untuk menjaga bentuk-bentuk aslinya.
Namun, jika suatu arca sudah hancur, seharusnya kita membiarkannya hancur tanpa melakukan konservasi. Hal ini akan menjadikannya sebuah arsip dari bentuk yang pernah ada. Gue juga ingin tahu bagaimana Borobudur terlihat sebelum menjalani proses konservasi, bagaimana kerusakan yang terjadi akibat alam dan penggunaan manusia. Banyak bagian kepala arca yang hilang atau bahkan dicuri. Menurut gue, penting untuk mengetahui apa yang hilang dan apa yang telah diubah, agar pengetahuan ini dapat diteruskan kepada generasi saat ini dan yang akan datang.
Hoppla
Karya lo kan di-upload ke internet, apakah lo sendiri berarti menggunakan internet untuk mengarsipkan karya yang sudah lo dokumentasikan gitu?
Camay
Internet sih sebagai alat bantu aja ya bagaimana gue itu mempresentasikan ke publik. Karena hubungan dengan digital itu butuh dengan teknologi-teknologi untuk memudahkan, digitalisasi lah intinya. Karena kan kalau gue taruh di internet, pertama ketika si audiens untuk men-scan bentuk, itu sudah diambil dari cloud tanpa harus men-download dari aplikasi yang besar datanya.
Hoppla
Kalau karya lo kan konsepnya berarti soal ruang banget ya. Nah, lo sendiri berarti mengkonsepkan karya lo untuk memindahkan ruang atau menciptakan ruang baru?
Camay
Kalau itu dari bentuk yang ada sebenarnya gue juga memindahkan, memindahkan bentuk yang sudah ada ke dalam ruang yang baru. Salah satunya kan karena gue mengarsipkan bentuk itu kan yang itu akan dilihat ketika itu akan berubah di hari yang akan datang atau tidak gitu. Jadi ya salah satunya itu memindahkan ruang asli ke dalam ruang yang baru gitu.
Hoppla
Lo ngulik metaverse juga gak?
Camay
Kalau metaverse itu gimana ya… metaverse itu kan gimana lo menghidupkan ruang itu ya dan disitu ada transaksi, di situ ada sosial, tapi sejauh ini kalau gue berkarya itu gue pasti akan ada keterhubungannya dengan sebuah ruang fisik, belum meluas ke metaverse gitu. Jadi ya cuma sekedar untuk mengarsipkan aja gitu tanpa ada ruang interaktif di dalamnya..belum sampai ke situ.
Hoppla
Dan seberapa penting internet buat karya lo saat ini?
Camay
Ya penting sih, salah satunya alat bantu untuk memudahkan sebuah karya menjadi lebih ya salah satunya teknis…meringankan beban data yang sebenarnya kita pengen presentasikan agar menjadi lebih mudah untuk audiens dan itu juga sebagai penyimpanan yang lebih efisien untuk gue.
Karena data-data yang gue sajikan ini bentuknya besar 3D dan dots-dots itu kan banyak banget. Jadi, internet mengefisiensikan itu sih, juga sebagai interaksi ke audiens karena menurut gue audiens sekarang udah menggunakan ya salah satunya smartphone. Semua orang sudah punya smartphone dan itu menjadi alat performance gue.
Hoppla
Untuk ke depannya, apakah lo akan meneruskan proyek Archiving Dot Anomaly dan Excavation Anomaly dengan teknologi yang lebih berkembang?
Camay
Ya kalau itu ya apa arsip itu pasti akan berkembang lah ya dari yang sebelumnya adalah video game lalu gue kembangkan lagi jadi augmented reality gitu terus mungkin dengan wahana-wahana lainnya yang bisa digunakan oleh audience, salah satunya kan gue menggunakan alat smartphone yang sudah digunakan oleh audience. Nah, makanya gue menggunakan augmented reality karena audience sudah banyak menggunakan smartphone gitu dan mungkin kalau misalnya audience berkembang lagi dengan teknologi baru teknologi barunya gue akan menggunakan itu karena ya mengikuti perkembangan zaman lah.
Hoppla
Karya lo kan dari offline dan lo hidupkan di internet, bagaimana lo melihat posisi arsip dalam konteks ini?
Camay
Suara gue yang ingin disampaikan kepada audiens adalah bahwa bentuk-bentuk tersebut tidak akan tetap sama selamanya. Mereka akan terkikis oleh waktu dan kekuatan lainnya. Hal ini penting bagi gue untuk menyampaikan kepada audiens bahwa arsip ini bukan hanya tentang mempersepsi sebuah bentuk, tetapi juga tentang memahami bahwa kekuasaan, waktu, zaman, kejadian, atau bahkan faktor lainnya dapat mengubah bentuk-bentuk yang telah gue hasilkan. Makanya, gue menyajikannya dalam bentuk digital untuk mengkomunikasikan konsep ini kepada audiens.
Hoppla
Berarti kan lo memberikan narasi melalui evolusi bentuknya. Nah, bagaimana pendapat lo dengan digital decay gak? Apakah lo percaya dengan itu? Pembusukan digital. Lo memberikan hidup lagi kan, arsip digital internet, tapi data yang tersebar dan didistribukan ke internet akan mengalami pembusukan secara ukuran.
Camay
Ya kalau misalnya terjadi Armageddon dan server ini hilang, ya udah gitu berarti mau gimana lagi? Karena gue percaya akhir zaman juga, ya kalau udah akhir zaman ya udah, ya udah selesai berarti. Atau ya kembali lagi kehidupan baru bahwa manusia harus menggunakan batu lagi dan menggunakan alat-alat yang tradisional lagi untuk mencapai kemakmuran modern yang saat ini yang kita sudah bisa dapat informasi apapun gitu. Ya gue tetap percaya.
Hoppla
Dalam konteks karya lo yang sudah diunggah ke internet, bagaimana cara menyiasati digital decay karena ukuran file akan terus mengecil seiring dengan proses distribusi di internet?
Camay
Ya kalau ngomongin itu ya, kayak elektronik aja misalnya gue simpen aja, pasti ada umurnya, gue punya laptop, umurnya aja, ya gue pasti selalu menaruh umur di setiap elektronik gue gitu, kayak misalnya laptop gue, gue umurin nih, umurnya cuma 4 tahun, gue yakin ini bakalan rusak nanti di 4 tahun kemudian, gue pasti akan mencoba untuk membeli laptop baru, itu gue percaya itu, akan kerusakan-kerusakan yang terjadi secara misalnya data-data hard disk gitu.
Dan di internet pun gue yakin juga, gue gak tau, tapi kemungkinan juga server itu kan ada backup, ada backup keduanya gitu, dan ketika gue juga pernah kejadian gitu, server website gue gitu, kebakaran di gedung cyber, itu hilang gitu, gue ngomong sama klien gue, gimana nih, itu waktu kejadian sekitar dua hari gitu, gue bingung gitu, baru-baru, tahun 2021, ya itu bingung, untungnya gue lagi gak present juga ke salah satu klien gue, untungnya itu masih ada datanya, walaupun di-backup, dia jangka waktunya sebulan sekali backup gitu, seenggaknya emang dalam sebulan kali gitu.
Dan gue yakin semua yang udah disediakan kita di internet itu sudah dipikirin sih sama ahli-ahli sana, yang itu tetap ada data backup-nya, gue gak tau mungkin kalau misalnya data-data yang sudah di server itu, bahkan yang gratisan pun gue yakin mereka punya kesadaran itu ya, akan hilangnya data itu, dan itu gue gak mau mikirin itu, karena gue juga nyimpen di data hard disk gue yang secara offline gitu.
Hoppla
Jadi berapa umur arsip lo? Yang beredar di internet?
Camay
Armageddon lah, karena gue masih ganti hard disk ya, hard disk gue taruh umurnya 10 tahun, terus gue ganti lagi, terus gue backup lagi, karena semakin hari juga hard disk semakin murah, gue dulu beli hard disk yang harganya 1TB harganya mahal banget, sekarang gue udah bisa beli harga 4TB yang hard disk HDD yang buat di komputer itu lebih murah.
Dan itu gue bisa backup lagi, semakin hari semakin ke depan gue yakin harga hard disk 1000TB makin murah.
Hoppla
Jadi lo masih bergantung pada hardware?
Camay
Iya, tetap gue harus bergantung sama hardware sih, dan itu lebih ke maintenance aja, logika maintenance, karena kalau gue ngeliat di internet itu banyak informasi, tapi kita juga bisa menyimpan informasi kita sendiri sih, masih cukup untuk informasi kita sendiri disimpan ke hardware kita gitu, tanpa kita bergantung kepada internet sih.
Hoppla
Terus apakah ke depannya lo akan tetap mendistribusikan bentuk-bentuk arsip lo, pengetahuan lo di internet? Kan lo dapat banyak dari internet, terus kan bukan timbal balik, tapi bentuk kesadaran lo untuk memberi lagi ke orang.
Camay
Oh secara publik ke internet, ya itu salah satu dengan karya gue, dan dengan website gue, salah satunya, tapi tetep gue juga mengarsipkan itu secara di hardware sih.
Hoppla
Apakah lo akan share juga secara teknis, karena lo juga dapat teknis dari banyak platform di internet seperti Github?
Camay
Oh itu, iya gue sempat share tentang teknisi itu sih, salah satunya ya dengan workshop, salah satunya kan kayak gitu.
Kalau teknis itu. Ya salah satunya juga dengan serrum bikin, ada namanya kurikulum berbasis tontonan, itu kan, itu gue sebenarnya kan dapat-dapat informasi apa yang gue pelajari itu kan semuanya dari universitas Youtube.
Jadi gue pelajarin di Youtube, terus gue bikinin playlist, dan itu orang udah bisa belajar dari situ, dan menarasikan playlist itu menjadi sebuah pelajaran gitu. Tanpa lo harus bayar di skill akademi. Salah satunya kan itu.
Hoppla
Secara open source.
Camay
Ya itu sih, energi baru ya, tergantung ini juga, ada yang nanya apa enggak gitu kan, ada platformnya apa enggak, kayak gitu kan.
Kan selama ini kan gue juga, kalau gue share misalnya cara bikin seni media baru, gue juga sempat kepikiran gitu, cuma gue mikir, ini ada yang nonton gak nih, kayak gini-gini gitu. Kalau gue bikin, cara menciptakan karya seni media baru yang seperti apa gitu.
Ya gue pengen, cuma kan kalau gue ngeliat lingkupnya seni media baru ya kalangan orangnya enggak banyak gitu. Itu yang tahu-tahu doang gitu. Walaupun informasi begitu berkembang, cuma gue enggak nemu bubble-nya itu dimana. Kalau gue share secara publik, ya gue enggak memikirkan siapa publik gue yang akan gue share, gitu sih.
Hoppla
Balik lagi ke masalah bentuk, lo melihat evolusinya dari yang emang rusak secara fisik kemudian lo digitisasi, tapi ketika lo distribusikan terus menerus bentuk juga akan mengalami glitch.
Camay
Ya salah satunya, emang gue fotogrametri itu secara bentuk gitu, benar-benar real gitu dengan gue dapetin misalnya kumannya gitu, anjir, sampai pori-porinya. Enggak sejauh itu sih, tapi bentuk yang gue dapet itu sih, yang gue bisa raih. Karena kalau gue benar-benar hampir melampaui itu, mungkin di kemudian hari baru bisa dapet teknologi itu. Karena yang sekarang gue dapet teknologi itu sekarang, kayak gitu sih.
Hoppla
Jadi kalau semuanya bentuk karya itu tetap degradasi, dan itu jadi blurry banget, berarti lo siap untuk itu ya?
Camay
Iya siap.
Hoopla
Jadi evolusinya tidak hanya evolusi secara fisik, tapi juga evolusi secara digital juga. Lo berpikir sampai itu nggak?
Camay
Oh. Ya itu mah dari, kalau dari data, data aslinya ada kan. Terus kalau misalnya di internet semakin terkompres, itu sudah berlaku sih di yang gue lakuin gitu. Nggak gue ngasih secara bentuk yang high-res, yang datanya besar gitu. Dan itu sudah terjadi dan itu sudah terlakukan di salah satu karya Archiving Dot Anomaly. Karena gue menaruh itu di internet, ya otomatis terkompres kan.
Hoppla
Apakah nanti akan lo tinggalin karya-karya grafis cetak lo?
Camay
Ya saatnya, kalau gue sih udah banyak meninggalkan bentuk-bentuk cetak gitu kan. Karena itu sih gue gak menemukan urgensi dari gue berkarya melalui fisik itu sih. Karena kalau gue udah 24 jam sekarang di digital semua gitu dan jarang bersentuhan dengan fisik.
Paling kalau fisik ya dengan hardware atau cetak. Karena sudah terbantukan dengan alat-alat teknologi yang sekarang. Kalau gue menggunakan karya-karya yang cetak itu karena gue dulu street art, terus menggunakan stensil, terus gue pengen menghubungkan itu dengan, dan ternyata juga stensil itu gue awalnya dari digital juga. Gue foto dulu terus gue pindahin ke, gue posterise ke Photoshop gitu kan, itu digital kan. Terus abis dari posterise gue balik lagi ke fisik gitu kan. Terus gue cukil lagi, ya gitu sih. Gue balik lagi ya dengan digital.
Berhubungan dengan fisik sih tetap sih. Pasti karena gue berada di dunia fisik, bukan di dunia metaverse. Gue pasti akan secara spekulasinya melalui bentuk-bentuk fisik.