

- —
Secara harfiah, meme mewakili ide atau gagasan yang mendefinisikan keadaan tertentu dari sebuah kebudayaan. Dalam praktiknya di internet, hal ini mengerucut pada sesuatu yang dinilai memiliki komunikasi universal dalam konten satir atau humor. Popularitas platform 9GAG sebagai gudang meme di internet cukup menarik perhatian. Di awal 2010, misalnya, kehadiran konten komik yang kala itu disebut sebagai rage comic mulai diproduksi ulang oleh banyak orang di Indonesia dengan menghadirkan fenomena atau konteks tertentu yang sifatnya lebih lokal. Hal ini menuntun pada kehadiran komunitas MRCI (Meme Rage Comic Indonesia) yang kala itu sangat aktif dalam grup media sosial Facebook. Kehadiran bentuk meme lain yang juga ikut diadaptasi membuat lahirnya platform 1CAK yang menjadi ‘versi lokal’ dari 9GAG di Indonesia sejak 2012 silam.
Sangat penting untuk melihat fitur dadaisme dalam kehadiran konten satir ini selain sebagai sarana komunikasi yang menghibur bagi para penikmatnya. Konteks ini membuat para seniman juga tertarik mengolah fitur meme dalam beberapa karya. Bahkan, ada beberapa akun seperti @indoartno atau @antikolektif yang hadir di platform Instagram sebagai bentuk kritik satir pada wacana seni rupa kontemporer di Indonesia yang kala itu memandang tabu nilai-nilai dadais di Internet.
Kehadiran akun ini cukup menyita perhatian publik dan tidak jarang membuat kegaduhan lantaran mengangkat isu yang cukup sensitif di dalam seni rupa. Akun @indoartno, misalnya, hadir sebagai bentuk parodi dari IndoArtNow yang kala itu mengelola hegemoni seni rupa kontemporer. Di sisi lain, @antikolektif juga menyuarakan pandangan yang tajam pada fenomena kolektif dalam seni rupa di Indonesia yang kala itu sangat populer. Dalam tajuknya, “Anti Kolektif Kolektif Club” menyuarakan pandangan miring terhadap kesadaran kolektif para seniman yang mungkin dinilai prematur, dan juga penuh dengan kolusi dan intrik.
Format keduanya yang mengelola akun media sosial berhasil menarik simpati banyak pihak. Humor sebagai bahasa universal diolah menjadi produk keseharian yang dekat dengan aktivitas media sosial dalam balutan posting dan pengabaran. Tak jarang, bagi publik, akun kedua meme seni rupa ini dianggap berhasil menghadirkan nilai dadaisme yang kontemporer, meski praktiknya tidak cukup signifikan dan mengundang keterlibatan banyak pihak dalam seni rupa konservatif.