Pada awalnya adalah keinginan. Keinginan akan kebebasan untuk berbagi musik. Pengalaman personal ini pernah saya jelaskan melalui salah satu kanal media independen Indonesia.1Menanti tawaran baru dari netlabel. (2018, 7 September). Indonesia Netaudio Forum. Diakses pada 12.54, Mei 23, 2023 dari http://indonesianetaudioforum.net/wiki/index.php?title=Menanti_Tawaran_Baru_dari_Netlabel&oldid=739 Keinginan itu kemudian tumbuh menjadi obsesi. Obsesi yang membawa saya menelusuri informasi kematian tokoh-tokoh yang menggunakan daya ciptanya untuk menghasilkan beberapa ‘peninggalan’ aural bagi kita hingga saat ini.
Jalan masuk itu bernama: kematian
Lahir dan terus berkembang sejak 2002, situs web Wikipedia Bahasa Indonesia (WBI) memiliki laman khusus untuk menelusuri informasi tentang kematian seseorang. Laman tersebut bertajuk “Kategori: Kematian.”2Kategori:Kematian. (2006, 14 September). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian Laman tersebut merupakan laman induk kategori. Ia menjadi tempat berangkat bagi siapa pun yang hendak mengakses laman lain yang berhubungan dengan tema kematian secara lebih spesifik. Misalnya, kita dapat menelusuri informasi seperti bunuh diri,3Kategori:Bunuh diri. (2014, 5 Juni). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Bunuh_diri hari berkabung nasional,4Hari berkabung nasional. (2015, 3 Agustus). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_berkabung_nasional atau kematian-kematian hewan terkenal.5Kategori:Kematian hewan menurut tahun. (2014, 30 Mei). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_hewan_menurut_tahun Di samping itu, laman kategori ini menyediakan subkategori spesifik seperti kategori kematian menurut penyebab,6Kategori:Kematian menurut penyebab. (2007, 23 Maret). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_menurut_penyebab kematian menurut negara,7Kategori:Kematian menurut negara. (2016, 24 Oktober). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_menurut_negara dan kematian berdasarkan waktu (dekade,8Kategori:Kematian menurut dekade. (2021, 21 Maret). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_menurut_dekade bulan,9Kategori:Kematian menurut bulan. (2012, 19 April), Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_menurut_bulan dan tanggal10 Kategori:Kematian menurut tanggal. (2012, 19 April). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_menurut_tanggal). Laman kategori penutup kalimat sebelum ini menjadi panduan sekaligus wadah bagi saya untuk meneruskan obsesi yang saya rujuk di paragraf sebelumnya.
Pada 1 Januari 2017, saya menerbitkan sebuah artikel berjudul “Indonesia di Hari Domain Publik 2017” untuk Creative Commons Indonesia (CCID) dan Wikimedia Indonesia (WMID).11Fathoni, H. (2017, 1 Januari), Indonesia di Hari Domain Publik. Creative Commons Indonesia. https://web.archive.org/web/20220101112911/https://id.creativecommons.net/2020/02/01/indonesia-di-hari-domain-publik-2017/ Di artikel tersebut, saya mengabarkan bahwa lagu-lagu ciptaan Cornel Simanjuntak telah habis masa berlaku pelindungan hak ciptanya. Suatu ciptaan yang habis masa berlaku pelindungan hak ciptanya kemudian dapat digunakan oleh siapa pun (termasuk untuk kepentingan komersial), dengan ketentuan atribusi pencipta wajib terus dijaga. Artikel tersebut ada oleh karena petunjuk dari laman kategori kematian dari WBI. Terutama laman “Kategori: Kematian Menurut Dekade”, yang memiliki kategori turunan: misalnya laman “Kategori: Kematian 1940-an”12Kategori:Kematian 1940-an. (2010, 9 Juni). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_1940-an untuk kasus Cornel Simanjuntak.
Open Knowledge Foundation menyebutkan dalam laporannya bahwa tanggal 1 Januari setiap tahun ditetapkan sebagai Hari Domain Publik internasional (dikenal dengan Public Domain Day/PDD dalam bahasa Inggris).13Gray, J. (2011, 1 Januari). Launch of the Public Domain Review to celebrate Public Domain Day 2011. Open Knowledge Foundation. https://blog.okfn.org/2011/01/01/launch-of-the-public-domain-review-to-celebrate-public-domain-day-2011/ Pasalnya, paling tidak untuk negara-negara anggota World Intellectual Property Organization (WIPO), tanggal tersebut adalah hari di mana ciptaan-ciptaan habis masa berlaku pelindungan hak ciptanya. Jika merujuk laporan Creative Commons Internasional, perayaan Hari Domain Publik pertama kali dikenal sejak 2004.14Mike. (2008, 1 Januari). Happy Public Domain Day!. Creative Commons. https://creativecommons.org/2008/01/01/happy-public-domain-day/ Di Indonesia, bisa dikatakan bahwa ‘selebrasi’ hari domain publik ditandai dengan munculnya laporan pertama terkait hal tersebut pada 2017.
Awal 2020, WMID dan CCID kembali mengadakan perayaan Hari Domain Publik Indonesia (HDPI). Perayaan ini dilakukan dengan lokakarya di kota Medan. Di tahun berikutnya, dua organisasi ini menandai perayaan HDPI dengan menerbitkan katalog karya domain publik di Indonesia beserta basis data ekstensif dari karya-karya yang masuk dalam katalog tersebut.15Creative Commons Indonesia. (2020). Katalog domain publik: Karya bebas hak cipta di Indonesia, https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Katalog_Domain_Publik_-_Karya_Bebas_Hak_Cipta_di_Indonesia.pdf Pada titik inilah, kata kunci seperti “data kebudayaan” dan “data terbuka” mulai berkelindan secara langsung dengan selebrasi HDPI. Katalog ini turut memuat jenis ciptaan lain yang tidak mensyaratkan informasi waktu kematian penciptanya, seperti karya fotografi dan karya sinematografi. Ciptaan-ciptaan ini dapat diklaim telah habis masa berlaku pelindungan hak ciptanya 50 tahun setelah ciptaan itu pertama kali diumumkan.
Saya dan rekan-rekan dari WMID dan CCID yang terlibat dalam proyek ini tetap menggunakan proyek Wikimedia sebagai bagian dari metode pengumpulan data. Proyek Wikimedia yang digunakan sebagai jalur pengumpulan data adalah Wikimedia Commons. Wikimedia Commons menyimpan sekaligus menyajikan banyak karya fotografi Indonesia yang sudah bebas hak cipta. Data dari karya-karya ini kemudian bisa ditarik dalam format berkas sesuai kebutuhan dengan menggunakan alat bernama Pet Scan.16 Petscan adalah perangkat kueri yang dikembangkan sukarelawan Wikipedia untuk memudahkan penarikan data konten di proyek-proyek Wikimedia. Silakan akses dan coba gunakan alat ini di https://petscan.wmflabs.org Bersamaan dengan proses tersebut, untuk memperluas penceritaan data dan sebagai pemberian contoh penggunaan data terbuka, kami mengundang salah seorang seniman asal Yogyakarta, yaitu Prihatmoko Moki.
Moki kami ajak untuk merespons informasi yang kami ambil dari Wikimedia Commons melalui sudut pandangnya. Dari sekian banyak data yang kami sodorkan, Moki memilih kategori berjudul “Black and white photographs of Indonesia by decade”17Black and white photographs of Indonesia by decade. (2019, 28 April). Dalam Wikipedia, http://commons.wikimedia.org/wiki/Category:Black_and_white_photographs_of_Indonesia_by_decade sebagai jalan masuk penelusuran data. Di antara timbunan data-data tersebut, Moki membuat pengerucutan data dengan memisahkan beberapa data visual yang mengandung komposisi orang Eropa dan pribumi dalam satu bingkai. Dari proses pemisahan tersebut, Moki memilih tiga data visual untuk direspons. Data-data visual itu ialah “Mevrouw L. van Breda de Haan en personeel [Nona L. van Breda de Haan dan para pembantu]”,18File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Buitenzorg mevrouw L. van Breda de Haan en personeel TMnr 60013590.jpg. (2020, 8 September). Wikimedia Commons. Diakses pada 13:45, 23 Mei 2023 dari https://commons.wikimedia.org/w/index.php?title=File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Buitenzorg_mevrouw_L._van_Breda_de_Haan_en_personeel_TMnr_60013590.jpg&oldid=451564687 “Isaäc Groneman dengan celana batik duduk di sebuah kursi goyang, kemungkinan di Yogyakarta”,19File:KITLV 15347 – Kassian Céphas – I. Groneman in a tie-dyed pants on a rocking chair, presumably at Yogyakarta – 1876.tif. (2020, 28 November). Wikimedia Commons. Diakses pada 13:33, 23 Mei 2023 dari https://commons.wikimedia.org/w/index.php?title=File:KITLV_15347_-_Kassian_C%C3%A9phas_-_I._Groneman_in_a_tie-dyed_pants_on_a_rocking_chair,_presumably_at_Yogyakarta_-_1876.tif&oldid=515508862 dan “Potret Anne (mungkin 14 bulan) bersama ibu dan baboenya dengan latar belakang gambar bunga”.20File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Anne oud 14 dagen (vermoedelijk 14 maanden) vermoedelijk met moeder en baboe TMnr 60048879.jpg. (2020, 9 September). Wikimedia Commons. Diakses pada 13:36, May 23, 2023 from https://commons.wikimedia.org/w/index.php?title=File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Anne_oud_14_dagen_(vermoedelijk_14_maanden)_vermoedelijk_met_moeder_en_baboe_TMnr_60048879.jpg&oldid=453332537
Foto-foto di atas dipilih berdasarkan komposisi yang lebih spesifik, yaitu pakaian dan posisi duduk. Pakaian adalah salah satu penanda bagi seseorang untuk memberi jarak atau melebur ke suatu kelompok masyarakat tertentu. Bisa jadi, orang-orang Belanda yang ada pada foto-foto tersebut ingin menunjukkan sisi eksotis negara tempat tinggalnya kepada kenalan-kenalan mereka di negara asal. Lalu, hadirnya para babu di potret tersebut mungkin adalah bagian dari upaya mereka untuk memperlihatkan gaya hidup mewah di negara jajahan. Terlepas dari fakta bahwa pihak mereka juga melakukan upaya pemisahan dengan dilakukannya aktivitas sensus rasial terhadap penduduk asli maupun pendatang di wilayah koloni, arsip visual ini seolah menunjukkan adanya inisiatif untuk meleburkan diri dari pihak Eropa. Meskipun bahasa tubuh subjek foto-foto di atas menunjukkan hal yang sebaliknya.
Kesenjangan antara pribumi dan Eropa yang terjadi di masyarakat kolonial masih tampak jelas: orang pribumi duduk di bawah, sedangkan orang Eropa duduk di atas.21Taylor, J. C. (1997). Costume and gender in colonial Java: 1800-1940. Dalam Outward Appearances (hlm. 90). KITLV Press. Pakaian dalam hal ini kemudian terlihat digunakan sebagai alat diplomasi ‘politik’ identitas untuk menyamarkan kesenjangan di antara mereka.22Dijk, K. van. (1997). Sarong, jubbah, and trousers: Appearance as a means of distinction and discrimination. Dalam Outward Appearances (hlm. 39). KITLV Press. Dengan pendekatan visualnya, Moki membantu kami untuk merombak upaya penyamaran itu dengan mengubah posisi duduk orang-orang yang ada di foto tersebut. Dengan pengubahan ini, kami dan Moki ingin agar upaya peleburan semu itu semakin tampak, sekaligus menawarkan bentuk peleburan lain dengan posisi duduk yang sejajar. Juga untuk mewartakan logika bahwa hierarki antara masyarakat kolonial bisa seringkas posisi duduk saja.
Sesuatu yang legal apakah akan selalu ethical?
Mengapa saya menceritakan kembali hal di atas?
Karena, bagi saya, proses di atas mengajarkan banyak hal, terutama refleksi kritis dalam proses penggunaan dan penyajian kembali sejarah kebudayaan sebagai basis data terbuka. Pembacaan ‘mendalam’ (close reading) seperti di atas tidak selalu dianggap sebagai hal penting dalam aktivitas produksi pengetahuan yang melibatkan proses data mining.23Bail, C. A. (2014). The cultural environment: Measuring culture with big data. Theory and Society, 43(3/4), hlm. 477. https://doi.org/10.1007/s11186-014-9216-5 Ditambah dengan fakta bahwa prinsip keterbukaan data budaya telah dilegitimasi oleh pemerintah,24Simanjuntak, T. ZB. (2020, 24 Juni). Opening up cultural data in Indonesia, The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/life/2020/06/24/opening-up-cultural-data-in-indonesia.html serta munculnya cultural analytics atau digital ethnography sebagai metode penelitian, pembacaan mendalam yang etis semakin krusial untuk ditanamkan dalam diri sebagai kesadaran dalam proses pengolahan data.25Fotopoulou, A dan Thornham, H. (2020) Digital culture meets data: Critical perspectives. Convergence, 26(5-6), hlm. 2. https://doi.org/10.1177/1354856520962694 Lalu, sesungguhnya, alih-alih sebagai sesuatu yang outward atau komunal, kekhawatiran ini lebih menjadi suatu hal yang inward atau personal bagi saya.
Seberapa banyak kebebasan yang bisa saya suguhkan dalam ekosistem keterbukaan tersebut?
Bagaimana di kemudian hari saya bisa meneruskan praktik penyajian data budaya terbuka sambil melakukan pembacaan yang mendalam sambil menciptakan pagar-pagar etis untuk menjauhkannya dari praktik eksploitatif?
Dengan valuasi terhadap data yang hampir setara dengan minyak saat ini,26PyCoach, T. (2022, 21 Juli). Is data the new oil of the 21st century or just an overrated asset? Dalam Towards Data Science, https://towardsdatascience.com/is-data-the-new-oil-of-the-21st-century-or-just-an-overrated-asset-1dbb05b8ccdf bagaimana navigasi penggunaan bisa mengurangi risiko terjadinya tragedy of the commons?27Spiliakos, A. (2019, 6 Februari). Tragedy of the commons: What it is & 5 examples. Dalam Harvard Business School Online, https://online.hbs.edu/blog/post/tragedy-of-the-commons-impact-on-sustainability-issues
Dalam tulisan ini, saya akan coba menawarkan ‘solusi’ awal. Khususnya yang terkait dengan praktik saya dalam proses penyajian data ciptaan bebas hak cipta di Indonesia. Karena, selain ada basis data yang dibagikan secara terbuka, basis data ini juga membuka akses-akses terhadap materi domain publik yang oleh karena keterbukaannya menjadi rentan terhadap penggunaan-penggunaan yang sifatnya eksploitatif.28Winn, P. (2020, 18 November). The ethical use of human research data in the public domain. Dalam Strath.ac.uk https://www.strath.ac.uk/media/ps/rkes/ethics/Human_Data_in_the_Public_Domain_-_online_data_collection.pdf Eksploitatif dalam hal ini adalah pelupaan terhadap hal-hal yang dekat dengan moralitas, sesuatu yang sebenarnya mutlak di bawah rezim hukum hak cipta terkini sekalipun. Apalagi dengan adanya fakta bahwa status domain publik setiap ciptaan ini kemudian dirayakan dengan hingar bingar melalui helatan Public Domain Day setiap tahunnya. Ketika salah satu syarat kebebasan pengetahuan adalah kematian seseorang, bukankah menjadi lazim untuk menempatkan rasa berkabung di sana? Jika rasa itu tak ada, saya merasa kita serupa dengan anak-anak yang menanti kematian orang tuanya: semena-mena hanya menunggu harta warisannya jatuh ke tangan kita saja. Tawaran ini saya buat dengan menjadikan peristiwa pemindahan lokasi makam Tan Malaka, yang juga karya-karyanya sudah bebas hak cipta di Indonesia, sebagai jalan masuk.
Tan Malaka lahir pada 2 Juni 1897 di Nagari Gunuang Omeh, Sumatra Barat dan meninggal pada 21 Februari 1949 di Selopanggung, Kediri.29Historia. (2016, 21 Februari). Hari ini adalah hari kematian Tan Malaka. Dalam Historia, https://historia.id/politik/articles/hari-ini-adalah-hari-kematian-tan-malaka-6kRrj Jika merujuk Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC 2014) yang ketentuan masa berlaku pelindungan hak ciptanya berlaku surut,30Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, pasal 2 huruf a-c (2014). https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1610.pdf maka semua karya yang pernah ia umumkan telah habis masa berlaku pelindungannya 71 tahun setelah tahun meninggalnya, yaitu pada 2020.31Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, pasal 58 (2014). https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1610.pdf Terlepas dari siapa sesungguhnya ahli waris yang berhak menerima royalti penjualan karya-karya tulisnya sebelum berstatus bebas hak cipta, kita banyak melihat karya tulisnya di rak-rak gerai penjual buku besar maupun kecil, hingga versi digital dan gratisnya di laman indeks khusus karya Tan Malaka di marxist.org.32Karya-karya Tan Malaka. (2015, 27 Desember). Dalam Marxist.org, https://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/index.htm Melalui perspektif hukum hak cipta, bisa dibilang kita dapat menggunakan informasi kematian sebagai jalan masuk untuk mengenal Tan Malaka serta membuat ia semakin dikenal. Namun, satu perspektif tersebut tentu saja tidak cukup. Kita bisa melihat, sesuatu yang mirip melalui narasi Heru Joni Putra dalam bukunya yang berjudul Suara yang Lebih Keras: Catatan dari Makam Tan Malaka sebagai perspektif tambahan. Dalam bagian prakata, Redaksi Footnote sebagai penerbit menyebutkan bahwa karya Heru berbeda dengan tulisan-tulisan biografis lainnya.33Putra, H. J. (2021). Suara yang lebih keras: Catatan dari makam Tan Malaka (hlm. ix). Footnote Press. Pasalnya, di sini ia menggunakan cerita dari peristiwa yang meliputi makam Tan Malaka sebagai tempat berangkat.34Ibid. Seolah, ia sedang menguji ucapan Tan Malaka yang berbunyi “suaraku akan lebih keras dari dalam kubur” lewat umpan balik seperti “benarkah, Tan Malaka, suaramu lebih keras dari dalam kubur?” dengan mengamplifikasi suara-suara bising yang muncul selepas kematian Tan Malaka.35Ibid.
Satu ‘kebisingan’ yang menarik untuk digarisbawahi dalam konteks tulisan ini adalah momentum pemindahan makam Tan Malaka. Makam Tan Malaka ditemukan di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur pada 2007 dan bertahan di sana hingga saat ini.36Mar/mar. (2007, 14 Agustus). Makam Tan Malaka diklaim ditemukan di Kediri, Detiknews. https://news.detik.com/berita/d-817201/makam-tan-malaka-diklaim-ditemukan-di-kediri- Penemuan makam ini kemudian mencuatkan kembali narasi ketokohan dirinya di rezim yang melanggengkan peninggalan rezim Orde Baru: di mana status kepahlawanan yang ia miliki dari rezim Demokrasi Terpimpin dinegasikan.37Putra, Suara yang lebih keras, hlm. 12. Hal ini tercermin ketika kurang lebih 10 tahun kemudian keluarga ahli waris Tan Malaka ingin memindahkan makamnya ke Pandan Gadang, Sumatra Barat.38Arjanto, D. (2017, 4 Februari). Pemindahan makam Tan Malaka, ini motif sebenarnya, Tempo.co. https://nasional.tempo.co/read/842962/pemindahan-makam-tan-malaka-ini-motif-sebenarnya Tercatat bahwa inisiatif ini kemudian mengalami penolakan oleh masyarakat dan pemerintah Kediri karena mereka sudah menganggap makam tersebut sebagai milik kota Kediri.39Dwi, A. (2017, 19 Januari). Warga Selopanggung Kediri tolak pemindahan makam Tan Malaka, Detiknews. https://news.detik.com/berita/d-3400073/warga-selopanggung-kediri-tolak-pemindahan-makam-tan-malaka Hal ini kemudian disambut oleh keluarga Tan Malaka dengan upaya pemindahan makamnya secara simbolis ke kampung halamannya.40Hakim, M. A. F. (2017, 20 Februari). Pemindahan makam Tan Malaka ke Sumbar hanya simbolis, Kompas.com. https://regional.kompas.com/read/2017/02/20/23060061/pemindahan.makam.tan.malaka.ke.sumbar.hanya.simbolis Pemindahan secara simbolis ini kemudian menunjukkan kepasifan rezim negara saat itu, misalnya pada 2017, Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan, dan Restorasi Sosial (K2KRS) Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) menolak terlibat dalam urusan pemindahan makam Tan Malaka yang memiliki sejarah sebagai Pahlawan Nasional.41Joni Putra, Suara yang lebih keras, hlm. 4. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa inisiatif pemindahan makam dari pihak keluarga adalah sebuah gerakan untuk mengambil alih dan menciptakan status otoritatifnya sendiri.42Joni Putra, Suara yang lebih keras, hlm. 11-12. Termasuk bagaimana Tan Malaka kemudian mendapatkan narasi alternatif sebagai pemangku adat, yang berpotensi mengalihkan narasi arus utama dari negara yang menjadi upaya delegitimasi keterlibatannya sebagai pahlawan revolusi Indonesia yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).43Joni Putra, Suara yang lebih keras, hlm. 12. Semua hal ini dilakukan atas dasar penghormatan dan rasa berkabung kepada seseorang yang sudah tidak ada lagi di muka bumi melalui serangkaian pemaknaan dan aksi kolektif terhadap lokasi di mana ia beristirahat untuk terakhir kalinya.
Dalam hal ini, saya melihat tambahan benang merah yang berkelindan antara praktik CCID dan WMID dalam program HDPI dengan peristiwa ‘apresiasi’ pemindahan makam Tan Malaka. Benang merah pertama adalah kepasifan negara, dalam konteks HDPI adalah bagaimana Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) sebagai otoritas pelaksana UUHC 2014 hingga saat ini tidak pernah melakukan kampanye tentang ciptaan-ciptaan bebas hak cipta di Indonesia. Memang, pengetahuan dasar tentang pelindungan hak cipta dan aksi anti-pembajakan atau penarikan royalti di Indonesia masih menjadi hal yang penting, namun hal ini tidak mengurangi pentingnya penyampaian tentang pengetahuan seperti informasi serta dorongan penggunaan terhadap ciptaan bebas hak cipta: yang memiliki potensi tinggi untuk mengurangi risiko pelanggaran hak cipta. Benang merah kedua adalah narasi alternatif yang muncul sebagai akibat langsung dari ketiadaan negara di konteks benang merah pertama. Yaitu, ketika peran penyampaian pengetahuan seperti informasi ciptaan bebas hak cipta diambil alih oleh elemen masyarakat, model pembacaan yang kritis dan mendalam sebagai metode penciptaan pengetahuan turunan yang diproduksi darinya bisa dimungkinkan. Karena, adanya informasi tentang ciptaan bebas hak cipta dari pemerintah belum tentu bisa memantik metode pembacaan data sejarah sejujur mungkin: jika kita melihat peninggalan metode penarasian sejarah arus utama oleh Orde Baru yang memiliki potensi delegitimisasi konteks sejarah tertentu. Pemaknaan data sejarah yang lebih penuh kemungkinan besar terjadi jika dilakukan dari bawah (bottom up) alih-alih dari atas (top down). Selanjutnya, bukan benang merah. Namun, sesuatu yang dimiliki oleh peristiwa pemindahan makam Tan Malaka, tetapi tidak dimiliki oleh HDPI atau PDD secara global: rasa berkabung.
Logika ‘peziarah dan penjaga kubur’ dalam perawatan data terbuka
Pemikiran tentang bagaimana mengupayakan rasa berkabung sebagai salah satu etika penyajian, pengaksesan, dan penggunaan kembali data, khususnya data ciptaan bebas hak cipta yang merujuk tahun kematian pencipta, sudah mengendap di benak saya sejak lama. Pikiran ini muncul beriringan dengan kesan ironis yang muncul setiap kali saya melihat PDD dirayakan. Misalnya perayaan PDD yang diinisiasi oleh Internet Archive pada 19 Januari 2023 lalu.44Internet Archive. (2023, 19 Januari). Public Domain Day 2023: The best things in life are free. Dalam Archive, https://archive.org/details/public-domain-day-2023 Meskipun, jika kita membicarakan konteks rezim hak cipta Amerika Serikat (AS) hal ini menjadi relevan. Karena, selain adanya mekanisme pelindungan hak cipta yang berbeda, AS pernah mengalami satu kemunduran besar pada 1998–1999 dalam konteks pembebasan pengetahuan melalui status domain publik suatu ciptaan.45Lee, B. (2013, 25 Oktober). 15 years ago, Congress kept Mickey Mouse out of the public domain. Will they do it again?, The Washington Post. Yaitu, ketika pengajuan perpanjangan masa berlaku pelindungan hak cipta dari beberapa perusahaan, termasuk The Walt Disney Company, dikabulkan oleh Kongres Amerika Serikat.46Ibid. Pun, di antara ciptaan-ciptaan yang habis masa berlaku pelindungan hak ciptanya di AS tidak merujuk pada tahun kematian pencipta, namun pada tahun kapan ciptaan pertama kali diumumkan dan regulasi hak cipta mana yang berlaku pada tahun yang sama.47University of California. (T.T.). The public domain, https://copyright.universityofcalifornia.edu/use/public-domain.html Oleh karena itu, konteks Indonesia atau negara lain yang masih merujuk pada tahun kematian pencipta, bagi saya, lebih relevan ketika rasa berkabung diwacanakan di dalamnya.
Berkas elektronik basis data biasanya disajikan secara terbuka melalui perangkat lunak seperti Google Spreadsheet dan Figshare. Keberadaan antarmuka (interface) ini dimaksudkan agar pengguna dapat langsung mengakses versi paling mentah dari suatu basis data. Penyediaan versi paling mentah dari suatu basis data memungkinkan interoperabilitas: memperbesar kemungkinan pemanfaatan data oleh siapa pun melalui metode apa pun. Google Spreadsheet umum dikenal sebagai perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan data dengan ukuran besar, sekaligus sebagai sarana untuk mengolahnya. Figshare, di antara akademisi, memungkinkan pengubahan basis data secara langsung ke format lain yang dirasa lebih sesuai oleh pengakses dan memudahkan proses pembuatan sitasi dari data yang diakses. Dua perangkat ini sama-sama memberikan kemudahan pengaksesan, di mana kemudian kemudahan menjadi bahan bakar untuk melahirkan kecepatan pengolahan data. Unsur kecepatan inilah kemudian yang memiliki potensi yang membuat pembacaan mendalam dilewati begitu saja dalam proses pemanfaatan basis data. Menurut saya, pewacanaan rasa berkabung bisa menjadi langkah intervensi jika diterapkan pada bagian antarmuka laman basis data ini.
Dalam upaya intervensi ini, saya menyejajarkan posisi para perawat data dengan para juru kunci di tanah perkuburan. Karena, setiap butir nama yang ditulis pada tiap petak di satu lembar berkas basis data, dengan ontologi tertentu yang ditetapkan, merujuk pada peristiwa kematian dan informasi waktu kematian seseorang. Seorang juru kunci kuburan, berdasarkan adanya peristiwa kematian di suatu waktu, akan membuat petak galian di salah satu area yang tersisa di area pemakaman, memasukkan jenazah ke dalam galian, menutup lubang galian, menancapkan identitas sang terkubur dan secara rutin memastikan gundukan tanah tersebut tetap bersih dan identitas pihak terkubur tidak hilang. Perawatan diupayakan agar kemudian para peziarah bisa mengakses makam yang mereka kehendaki dengan perasaan nyaman. Dari narasi di kalimat sebelumnya, kemudian saya mengibaratkan pengakses data sebagai peziarah. Untuk itu, karena yang dirujuk lagi-lagi peristiwa kematian, para peziarah data seharusnya datang tidak hanya memanfaatkan apa saja yang ada di sana demi kelegaan yang sifatnya cepat dan sementara. Namun, rasa berkabung harus ditanamkan di setiap kunjungan. Hal ini juga berlaku bagi sang juru kunci kuburan data. Lagi-lagi upaya ini ada untuk memberi jeda ke dalam diri dari kecepatan, sekaligus tanda penghormatan: dengan membaca tiap butir peninggalan dari nama-nama yang tertera pada ‘nisan data’ secara mendalam, kita bagai merapal doa, menjaga nama baik mereka, dan menumbuhkan niat baik dalam setiap pemanfaatan kembali warisan-warisan mereka.
Taman Makam Ciptaan Bebas Hak Cipta, sebagai konsep tawaran di paragraf sebelumnya, kemudian saya coba implementasikan melalui pelantar situs web dengan basis bahasa pemrograman html bernama Neocities. Pengimplementasian ini dimaksudkan agar lajur ulang alik antara konsep kehidupan dan kematian dalam sirkuit regulasi hak cipta bisa lebih dirasakan secara menubuh oleh para pengakses data. Atau lebih tepatnya, para peziarah data. Mengapa demikian? Karena situs web ini berusaha menawarkan simulasi berziarah melalui istilah-istilah yang digunakan untuk menavigasikannya. Misalnya, untuk mengetahui ciptaan apa saja yang sudah bebas hak cipta 71 tahun sepeninggal penciptanya, peziarah harus terlebih dulu mengeklik tombol ‘Akses Makam’ yang tersedia. Setelah itu, mereka akan disambut dengan tampilan berpetak-petak nisan yang memuat nama setiap pencipta. Sesuai dengan slogan situs web ini, [Berziarah Dahulu, Bebaskan Pengetahuan Kemudian], sebelum mengakses informasi terkait peninggalan, para peziarah data akan diajak pelan-pelan memahami penyebab kematian dan terpapar informasi lokasi tempat di mana mereka dimakamkan. Harapannya, kebiasaan serba cepat dalam proses ekstraksi data sebelumnya bisa bergeser menjadi lebih lembut dan lambat, dengan jeda empati berupa rasa berkabung sebelum perayaan kebebasan warisan pengetahuan. Jika terpantik, mereka kemudian bisa mengisi buku bela sungkawa, yang berfungsi sebagai buku tamu,48Brown, J. (2010, 29 November). How did we communicate before social media? Past (& present) web communication trends. Dalam Heart Internet, https://www.heartinternet.uk/blog/how-did-we-communicate-before-social-media-past-present-web-communication-trends/ melalui menu Buku Bela Sungkawa yang tersedia di laman utama Taman Makam Ciptaan Bebas Hak Cipta. Terakhir, menu Eulogi juga disediakan untuk memberikan konteks mengapa basis data ciptaan bebas hak cipta, khususnya yang merujuk kematian-kematian penciptanya, harus diakses dengan pemaknaan yang lain dari sebelumnya. Bahwa basis data ini adalah sebuah lintasan yang menghubungkan antara yang hidup dan yang sudah mati….
Untuk merasakan apa yang coba saya tawarkan…
📤makamhakcipta.neocities.org📥
Selamat datang di taman makam ciptaan bebas hak cipta
Catatan Kaki
- 1Menanti tawaran baru dari netlabel. (2018, 7 September). Indonesia Netaudio Forum. Diakses pada 12.54, Mei 23, 2023 dari http://indonesianetaudioforum.net/wiki/index.php?title=Menanti_Tawaran_Baru_dari_Netlabel&oldid=739
- 2Kategori:Kematian. (2006, 14 September). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian
- 3Kategori:Bunuh diri. (2014, 5 Juni). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Bunuh_diri
- 4Hari berkabung nasional. (2015, 3 Agustus). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_berkabung_nasional
- 5Kategori:Kematian hewan menurut tahun. (2014, 30 Mei). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_hewan_menurut_tahun
- 6Kategori:Kematian menurut penyebab. (2007, 23 Maret). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_menurut_penyebab
- 7Kategori:Kematian menurut negara. (2016, 24 Oktober). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_menurut_negara
- 8Kategori:Kematian menurut dekade. (2021, 21 Maret). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_menurut_dekade
- 9Kategori:Kematian menurut bulan. (2012, 19 April), Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_menurut_bulan
- 10Kategori:Kematian menurut tanggal. (2012, 19 April). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_menurut_tanggal
- 11Fathoni, H. (2017, 1 Januari), Indonesia di Hari Domain Publik. Creative Commons Indonesia. https://web.archive.org/web/20220101112911/https://id.creativecommons.net/2020/02/01/indonesia-di-hari-domain-publik-2017/
- 12Kategori:Kematian 1940-an. (2010, 9 Juni). Dalam Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Kematian_1940-an
- 13Gray, J. (2011, 1 Januari). Launch of the Public Domain Review to celebrate Public Domain Day 2011. Open Knowledge Foundation. https://blog.okfn.org/2011/01/01/launch-of-the-public-domain-review-to-celebrate-public-domain-day-2011/
- 14Mike. (2008, 1 Januari). Happy Public Domain Day!. Creative Commons. https://creativecommons.org/2008/01/01/happy-public-domain-day/
- 15Creative Commons Indonesia. (2020). Katalog domain publik: Karya bebas hak cipta di Indonesia, https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Katalog_Domain_Publik_-_Karya_Bebas_Hak_Cipta_di_Indonesia.pdf
- 16Petscan adalah perangkat kueri yang dikembangkan sukarelawan Wikipedia untuk memudahkan penarikan data konten di proyek-proyek Wikimedia. Silakan akses dan coba gunakan alat ini di https://petscan.wmflabs.org
- 17Black and white photographs of Indonesia by decade. (2019, 28 April). Dalam Wikipedia, http://commons.wikimedia.org/wiki/Category:Black_and_white_photographs_of_Indonesia_by_decade
- 18File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Buitenzorg mevrouw L. van Breda de Haan en personeel TMnr 60013590.jpg. (2020, 8 September). Wikimedia Commons. Diakses pada 13:45, 23 Mei 2023 dari https://commons.wikimedia.org/w/index.php?title=File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Buitenzorg_mevrouw_L._van_Breda_de_Haan_en_personeel_TMnr_60013590.jpg&oldid=451564687
- 19File:KITLV 15347 – Kassian Céphas – I. Groneman in a tie-dyed pants on a rocking chair, presumably at Yogyakarta – 1876.tif. (2020, 28 November). Wikimedia Commons. Diakses pada 13:33, 23 Mei 2023 dari https://commons.wikimedia.org/w/index.php?title=File:KITLV_15347_-_Kassian_C%C3%A9phas_-_I._Groneman_in_a_tie-dyed_pants_on_a_rocking_chair,_presumably_at_Yogyakarta_-_1876.tif&oldid=515508862
- 20File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Anne oud 14 dagen (vermoedelijk 14 maanden) vermoedelijk met moeder en baboe TMnr 60048879.jpg. (2020, 9 September). Wikimedia Commons. Diakses pada 13:36, May 23, 2023 from https://commons.wikimedia.org/w/index.php?title=File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Anne_oud_14_dagen_(vermoedelijk_14_maanden)_vermoedelijk_met_moeder_en_baboe_TMnr_60048879.jpg&oldid=453332537
- 21Taylor, J. C. (1997). Costume and gender in colonial Java: 1800-1940. Dalam Outward Appearances (hlm. 90). KITLV Press.
- 22Dijk, K. van. (1997). Sarong, jubbah, and trousers: Appearance as a means of distinction and discrimination. Dalam Outward Appearances (hlm. 39). KITLV Press.
- 23Bail, C. A. (2014). The cultural environment: Measuring culture with big data. Theory and Society, 43(3/4), hlm. 477. https://doi.org/10.1007/s11186-014-9216-5
- 24Simanjuntak, T. ZB. (2020, 24 Juni). Opening up cultural data in Indonesia, The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/life/2020/06/24/opening-up-cultural-data-in-indonesia.html
- 25Fotopoulou, A dan Thornham, H. (2020) Digital culture meets data: Critical perspectives. Convergence, 26(5-6), hlm. 2. https://doi.org/10.1177/1354856520962694
- 26PyCoach, T. (2022, 21 Juli). Is data the new oil of the 21st century or just an overrated asset? Dalam Towards Data Science, https://towardsdatascience.com/is-data-the-new-oil-of-the-21st-century-or-just-an-overrated-asset-1dbb05b8ccdf
- 27Spiliakos, A. (2019, 6 Februari). Tragedy of the commons: What it is & 5 examples. Dalam Harvard Business School Online, https://online.hbs.edu/blog/post/tragedy-of-the-commons-impact-on-sustainability-issues
- 28Winn, P. (2020, 18 November). The ethical use of human research data in the public domain. Dalam Strath.ac.uk https://www.strath.ac.uk/media/ps/rkes/ethics/Human_Data_in_the_Public_Domain_-_online_data_collection.pdf
- 29Historia. (2016, 21 Februari). Hari ini adalah hari kematian Tan Malaka. Dalam Historia, https://historia.id/politik/articles/hari-ini-adalah-hari-kematian-tan-malaka-6kRrj
- 30Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, pasal 2 huruf a-c (2014). https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1610.pdf
- 31Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, pasal 58 (2014). https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/1610.pdf
- 32Karya-karya Tan Malaka. (2015, 27 Desember). Dalam Marxist.org, https://www.marxists.org/indonesia/archive/malaka/index.htm
- 33Putra, H. J. (2021). Suara yang lebih keras: Catatan dari makam Tan Malaka (hlm. ix). Footnote Press.
- 34Ibid.
- 35Ibid.
- 36Mar/mar. (2007, 14 Agustus). Makam Tan Malaka diklaim ditemukan di Kediri, Detiknews. https://news.detik.com/berita/d-817201/makam-tan-malaka-diklaim-ditemukan-di-kediri-
- 37Putra, Suara yang lebih keras, hlm. 12.
- 38Arjanto, D. (2017, 4 Februari). Pemindahan makam Tan Malaka, ini motif sebenarnya, Tempo.co. https://nasional.tempo.co/read/842962/pemindahan-makam-tan-malaka-ini-motif-sebenarnya
- 39Dwi, A. (2017, 19 Januari). Warga Selopanggung Kediri tolak pemindahan makam Tan Malaka, Detiknews. https://news.detik.com/berita/d-3400073/warga-selopanggung-kediri-tolak-pemindahan-makam-tan-malaka
- 40Hakim, M. A. F. (2017, 20 Februari). Pemindahan makam Tan Malaka ke Sumbar hanya simbolis, Kompas.com. https://regional.kompas.com/read/2017/02/20/23060061/pemindahan.makam.tan.malaka.ke.sumbar.hanya.simbolis
- 41Joni Putra, Suara yang lebih keras, hlm. 4.
- 42Joni Putra, Suara yang lebih keras, hlm. 11-12.
- 43Joni Putra, Suara yang lebih keras, hlm. 12.
- 44Internet Archive. (2023, 19 Januari). Public Domain Day 2023: The best things in life are free. Dalam Archive, https://archive.org/details/public-domain-day-2023
- 45Lee, B. (2013, 25 Oktober). 15 years ago, Congress kept Mickey Mouse out of the public domain. Will they do it again?, The Washington Post.
- 46Ibid.
- 47University of California. (T.T.). The public domain, https://copyright.universityofcalifornia.edu/use/public-domain.html
- 48Brown, J. (2010, 29 November). How did we communicate before social media? Past (& present) web communication trends. Dalam Heart Internet, https://www.heartinternet.uk/blog/how-did-we-communicate-before-social-media-past-present-web-communication-trends/